Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Jumat, 15 November 2019

NO ONE HAS PERFECT LIFE

Intermezzo
*Open Instagram
Kisah pertama: Scroll foto, lihat teman update foto bahagia sama pasangannya. Dalam hati berujar “Hidupnya sungguh sempurna, diberi suami yang baik, hidup mapan, mau apa saja tinggal bilang suaminya pasti dikabulkan”  kemudian melihat kehidupan sendiri yang penuh dengan kesedihan, hidup serba pas-pasan.
Kisah kedua: Kemudian scroll foto lagi, lihat teman yang lain pergi jalan-jalan ke luar negri tiap bulan. Dalam hati berujar, “beruntungnya si A, tiap bulan selalu pergi jalan-jalan”. Kemudian melihat kehidupan sendiri yang penuh dengan cerita kurang piknik.
Saya yakin kalian pasti pernah mengalami momen ini ketika melihat isi “dunia” orang lain di media sosialnya. Menganggap kehidupan kita paling nelangsa di jagad bima sakti ini. Padahal yang kita tidak tahu, teman di cerita pertama juga memiliki kisah pilu. Mereka harus berkeja banting tulang sebelum memiliki kehidupan mapan seperti sekarang. Sulitnya memiliki momongan membuat mereka harus sedih setiap kali melihat kawan yang lebih dahulu dikaruniai. Sedangkan teman di cerita kedua harus menahan malu pada keluarga karena masih saja belum menikah di usia yang sudah kelewat matang.
No one has perfect life :)

Banyak hal yang membuat saya merasa kehidupan saya sangat buruk. Setahun belakangan ini saya merasa Allah sangat tidak adil pada keluarga kecil kami. Tidak jarang kami berdua bertengkar karena saya yang tidak siap dengan kondisi kehidupan saat ini. Saya lihat raut wajah suami, saya tidak bisa mengartikan garis matanya. Bisa saja kecewa dengan sikap saya, bisa juga kecewa karena keputusannya di masa lalu. Kami mengutuk kehidupan kami.  
Entah rencana apa yang Allah sudah persiapkan untuk kami berdua. Yang jelas, kami berdua masih sangat penasaran. Kehidupan memang tidak pernah bisa ditebak, sometimes up and sometimes down.
Selama masa penasaran dengan rencana Allah, kami selalu dihadapkan dengan kejadian-kejadian tak terduga yang membuat kami sadar bahwa setiap orang tidak memiliki kehidupan yang sempurna. Jujur, saya pernah merasakan iri ketika melihat teman yang sudah terlebih dahulu dikaruniai keturunan, apalagi jika dilihat kehidupan mereka sangat sempurna. Tapi yang saya tidak ketahui, kawan saya memiliki suami yang sangat keras adatnya. Sifat keras yang tidak dimiliki suami saya. Dia memang berbeda dengan orang Turki kebanyakan. Beberapa dari pria Turki tidak mengenal istilah demokratis dalam berumah tangga. Sedangkan suami saya termasuk orang yang cukup demokratis. Dia selalu bertanya pendapat saya ketika akan melakukan sesuatu, walau terkadang diwarnai dengan perdebatan kecil. Seketika saya merasa bersyukur dengan kehidupan saya.
Pernah juga saya iri dengan kehidupan kawan yang terlihat tanpa konflik. Mendapat kehidupan yang mapan, tidak seperti kami yang harus meniti kehidupan rumah tangga dari nol. Ditambah mereka juga sudah memiliki buah hati yang lucu-lucu.  Ternyata yang saya tidak tahu, suami kawan saya adalah orang yang super sibuk bahkan tidak memiliki waktu sama sekali untuk berkomunikasi langsung dengan kawan saya. Mereka berdua berkomunikasi hanya melalui telepon karena sang suami sangat sibuk sekali. Tidak ada kisah “curhat sebelum tidur” pada suami untuk kawan saya. Saya merasa sangat beruntung bisa berkomunikasi setiap saat dengan suami.
Suami kawan sayapun ternyata tidak punya waktu banyak untuk buah hatinya. Bukannya tidak sayang, tapi karena tidak memiliki waktu luang untuk sekedar bercengkrama dengan anak-anak. Selalu kembali ke rumah ketika anak sudah tidur dan bangun ketika anak sudah berangkat ke sekolah.
Belum lagi, sang suami tidak pernah sekalipun membantu kawan saya dalam urusan remeh temeh di dapur. Bahkan untuk sekedar mencuci piring bekas makan saja seperti haram hukumnya. Lagi-lagi saya merasa beruntung karena suami saya selalu ikut berpartisipasi dalam urusan tersebut. Contohnya, kami berdua selalu berbagi tugas ketika bersih-bersih di rumah. Saya bagian membersihkan ruang tamu dan dapur, suami bagian membersihkan kompor dan toilet. Kami kerjakan berdua, bersama-sama. Bahkan tak jarang kami memasak makan malam berudua, tidak peduli saat itu dia sedang kelelahan atau tidak. Hal yang jarang sekali dilakukan pria Turki hehehe.
Begitu banyak ketidaksyukuran yang saya rasakan. Betapa Allah sangat baik dan sempurna mengatur hidup kami. Saya percaya kehidupan kami berdua akan baik-baik saja di masa depan. Allah sebaik-baiknya pengatur kehidupan bukan? :)
No one has perfect life, included Raisa :D
Hayo ngaku, pasti pernah ngerasa hidup Raisa super sempurna ya? :P Pasti ada hal dibalik layar kehidupan Raisa yang kita engga tau dan tentunya membuat kita bersyukur dengan kehidupan kita. Mulai hari ini kita harus lebih banyak bersyukur, inshaAllah Allah akan mencukupkan nikmat kita :)


image
No one has perfect husband, but u are the best husband for me 
Dokumentasi pribadi





image
Kapan mantai lagi pak? :D
Dokumetasi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar