Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Jumat, 15 November 2019

AKU MENIKAHIMU KARENA AKU PERCAYA

Berabad-abad sudah berlalu dan akhirnya mulai apdet blog lagi fyuh! :D
Judul ini terinspirasi dari tulisannya Mas Fahd Pahdepie yang judulnya “Dari Ramalan Seorang Istri). Dijamin deh yang udah nikah, kalo baca bukunya si bapak ini bakalan baper banget :D. tergelitik untuk menulis hal yang serupa tapi tak sama.
So, apa kabar kami hari ini?
Kami tetep sama tapi With different condition, yep we still (stuck) in Indonesia. Already one year, I missed the smell of maple leaves in autumn! Ah, how I miss my home!
Banyak hal terjadi, kebanyakan sih diluar dari rencana kami berdua. Sebenernya masih (dan akan) terus penasaran sama jalan skenario yang Allah udah tulis buat kami. Berliku dan penuh dengan kejutan. Kadang bahkan terkejut sampe nangis-nangis (eaaa). Tapi kami percaya, skenario tersebut merupakan skenario terbaik dari Allah untuk keluarga kami.
Sudah setahun lebih juga suami kehilangan pekerjaannya sebagai seorang guru karena kasus kudeta kemarin. Kabar kuliah masternya juga gak jelas, hidup kami bagai terkatung-katung di perahu saat badai menerjang. Akhirnya suami saya back to basic sebagai penerjemah bahasa yang notabene kerjanya masih freelance dan kadang dibayar super duper telat, tapi Alhamdulillah selama ini saya tidak pernah merasa kekurangan. Allah selalu mencukupkan rezeki kami bahkan disaat nikmat kami direbut paksa oleh orang-orang dzalim (hehehe). Bukan tidak mungkin suatu saat Allah akan mengambil alih nikmat orang-orang dzalim tersebut (AAMIIN BANGET).
Umur pernikahan kami sudah hampir masuk usia tiga tahun. Kami masih belajar, kalo ibarat manusia, kami masih bayi banget. Seperti itulah keadaan kami sekarang, To be honest, pernikahan kami juga mulai terasa berguncang. Rasanya mulai berat mengarungi rumah tangga (eaaaa). Engga sekali dua kali kami ngerasa gabisa jadi apa-apa, terutama suami saya. Wajar rasanya kalau dia yang ngerasa paling pesimis diantara kami berdua, karena dia adalah kepala rumah tangga yang punya tanggung jawab besar untuk keluarga.
Ketika suami merasa gagal dalam semua hal, saya suka isengin suami sambil bilang “One day you will be Lecturer, and Turkey will invite you as professional lecturer. Believe me, they will need you”. Akhirnya saya bisa lihat senyum suami setelah saya bilang hal tersebut, sebuah harapan sekaligus doa dari seorang istri yang masih jauh dari kata soleha. Bukan bermaksud meramal masa depan, saya hanya yakin di masa depan suami saya akan menjadi orang sukses, kehidupan keluarga kami akan jauh jauh lebih baik dari hari ini. Menikah di usia muda memang beginilah tantangannya, harus siap gagal di beberapa hal. Engga Cuma sekali dua kali suami saya gagal apply untuk master di Luar negri, ada satu yang gagal karena saya sendiri tidak ridho suami daftar kesana (hahahaa, so semua juga berjalan karena ridho istri *eh). Tapi saya yakin, suatu hari ada salah satu universitas terbaik di dunia yang bisa menerima suami saya, lihat saja *eh Aamiin.
Saya berkata demikian karena saya yakin dan tahu betul bahwa suami saya mempunyai kemampuan. Tugas saya hanya meyakinkan dan berdoa agar suami bisa mencapai semua mimpinya.
Kami berdua mulai menulis target kehidupan dalam satu tahun kedepan. Apa saja yang akan kami lakukan, Negara mana saja yang kemungkinan bisa memberikan kehidupan yang lebih layak untuk kami, pekerjaan apa yang sekiranya cocok untuk kami dan bidang apa yang benar-benar bisa suami saya tekuni dalam-dalam. Kami rinci semua dalam buku, kalau tidak begitu kami sendiri akan lupa target apa saja yang harus kami capai.. Saya sendiri terbiasa menulis mimpi-mimpi sejak masih duduk di bangku sekolah, jadi saya bisa melihat kembali mimpi apa saja yang sudah saya capai. Konsep seperti ini saya rasa cocok diterapkan juga dalam kehidupan rumah tangga kami. 
Kami mulai bergerak sesuai dengan target-target yang kami sepakati untuk dicapai dalam bulan ini. 5 tahun dari sekarang saya akan kembali melihat tulisan ini dan melihat apakah kami sudah mencapai tujuan yang kami tulis tahun ini atau belum.
Untuk mencapai kesana, kami butuh komitmen, kerja keras, kerja sama dan tentunya doa. Dan selama perjalanan menuju sana, tentunya akan banyak cerita. Kami berdua harus siap dengan segala tantangan yang menanti kami didepan kelak.
Untuk yang menikah muda dan mengalami dilemma yang sama seperti kami, kami ingin bilang “you are not alone”. Kami juga sedang dititik ini, inilah seni menikah muda, apalagi kalau suami kita juga berusia tidak jauh dari kita dan belum memiliki pekerjaan yang tetap. Untuk belum dikaruniai momongan juga jangan sedih, kami juga sedang berada dititik ini juga hehehe (apasih ganyambung banget hehehe). Manfaatkan waktu kalian untuk melakukan pencapaian terbaik dalam hidup, inshaaAllah kalau sudah waktunya, anak akan datang seiring dengan mulai stabilnya kehidupan kita.
So, dengan bismillah kami mulai perjalanan hidup ini, inshaaAllah kehidupan yang lebih baik menanti didepan kami.
Aku menikahimu karena aku percaya kalau kamu bisa :)

image
pict by Addienullah 

Padeglang, 25 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar