Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Kamis, 17 Desember 2015

Where you can find happiness?



Where?
Yup, where?

Seringkali kita melihat rumput tetangga yang lebih hijau dari rumput sendiri. Hal tersebut tentu saja membuat kita berfikir maçam-macam. Ada yang merasa rumputnya memang jelek atau ada yang berusaha membuat rumputnya sehijau milik rumput tetangga. Pemikiran seperti itu yang kadang  membuat kita melupakan hal yang paling mendasar dalam hidup, yaitu bersyukur.

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, sesuatu menjadi mudah terlihat didepan mata. Sekali klik langsung bisa tahu. Kita yang aktif di media sosial pasti sudah tidak asing dengan berbagai tautan, foto, status yang dibagikan oleh banyak pihak. Contoh kecilnya di Facebook, tentu teman-teman facebook kita sering sekali membagikan banyak hal yang menurut mereka patut diketahui. Entah itu mengenai kehidupannya yang seakan-akan sempurna dan bahagia, tentang ılmu baru yang baru saja didapatkan, perjalanan ke beberapa tempat baru dan lain sebagainya. Salah? Tidak, sah-sah saja menurut saya. Asal penyampaiannya dengan cara yang baik, sehingga orang yang melihat bisa menerimanya tanpa harus berfikiran negatif.

Semua orang punya hak untuk bahagia. Dan bahagia itu sendiri adalah sesuatu yang diciptakan. Jadi intinya seseorang bisa menciptakan kebahagiaannya sendiri-sendiri. Ada orang yang berfikir bahwa bahagia itu adalah mempunyai banyak uang. Salah? Tidak sama sekali. Memang ada beberapa orang yang menikmati kebahagiaannya dengan mempunyai banyak uang. Apa semua orang harus memiliki uang agar bahagia? Nah ini baru salah. Semua tidak harus memiliki banyak uang untuk mendapatkan kebahagiaan. Uang bukan ukuran untuk mencapai kebahagiaan. Anak jalanan terlihat bahagia sekali walaupun tidak tidur di dalam rumah mewah. Tetapi terkadang mereka bermain dengan temannya dengan penuh gelak tawa, tanpa beban. Itulah kebahagiaan untuk mereka, bermain dengan semua keterbatasannya. Menciptakan bahagia sendiri.

Seseorang yang selalu membagikan status sedih di laman media sosialnya apakah bisa dicap orang paling merana dalam hidup ini? jangan terlalu cepat memutuskan, bisa saja hidupnya lebih bahagia dari apa yang kita nilai. Begitupula dengan orang yang selalu membuat status bahagia di laman media sosialnya belum tentu bahagia, bisa jadi itu adalah salah satu caranya untuk menciptakan kebahagiaan tersendiri dari semua derita yang sebenarnya ada dalam kehidupannya.

Terkadang secara tidak sadar kita membandingkan kebahagiaan  kita dengan kebahagiaan orang lain. Ya, mungkin tanpa sadar kita pernah melakukan hal ini. ketika seseorang membagikan foto “kebahagiaan” atau “status” kebahagiaannya di dunia nyata dan dunia maya, dalam hati bisa jadi kita mencibir “Ah, hidup gue lebih bahagia kok dari elu”. Dan mulai membagikan sesuatu yang tak kalah bahagia dengan kebahagiaan yang dibagikan orang tersebut. Hal seperti inilah yang mebuat kita sulit menciptakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kita berhenti membandingkan kebahagiaan milik kita dan kebahagiaan orang lain. Cukup nikmati kebahagiaan kita tanpa harus membandingkannya. Setiap orang punya cara tersendiri untuk bahagia, tidak bisa kita samakan dengan pemikiran kita.
Lalu apa kebahagiaan untuk saya? wah banyak sekali, salah satunya dalah jalan-jalan :D

Selama masih muda dan ada tenaga, sebisa mungkin saya akan terus jalan-jalan. Tentunya bersama suami :)


Jumat, 20 November 2015

Like Son, Like Parents


Ada satu obrolan yang paling menggelitik bulan ini. Obrolan ini berisi tentang “Lo anak emak sama bapak lo banget ya sayang hehehe”.  

Dalam keluarga suami gue, pernikahan itu biasanya gajauh-jauh dari perjodohan. Cara perjodohannyapun unik, mereka menjodohkan dengan sesama keluarga. Buat gue hal tersebut tabu banget karena gak pernah ngeliat kejadian pernikahan sesama saudara. Tetapi hal ini normal di Turki dan Pakistan (berdasarkan penuturan teman *kalau salah koreksi yah*). Tujuannya karena kalau sesama saudara kita jadi tahu banget dalem-dalemnya calon besan dan bisa memperkuat keluarga *apalah bahasa gue. Maksudnya baik buruknya si calon menantu dan calon besan udah ketauan banget gituloh.

Uwak dari ibu mertua gue nikah sama anak dari kakak orang tua ibu mertua gue. Awal gue tau gue langsung bertanya “wow, kok bisa yah?”. Ibu mertua dan bapak mertua gue adalah pasangan yang mendobrak tradisi tersebut. Mereka berasal dari keluarga yang berbeda sekali, bahkan berbeda suku. Ibu mertua gue berasal dari suku Laz dan bapak mertua gue dari suku Muhajir.

Pernikahan mereka sempat ditentang beberapa keluarga dan kerabat. Berbagai cacian dilontarkan oleh orang-orang yang memegang teguh tradisi. Ibu mertua gue dikucilkan oleh keluarga dan kerabat. Gak Cuma sekali dua kali kakek mertua gue nyuruh ibu mertua mutusin baba mertua. Tapi karena cinta dan rasa saling percaya, mereka akhirnya tetap menikah.

Pernikahan merekapun bukannya tanpa kendala. Banyak keluarga dan kerabat yang gak mau hadir dalam pernikahan mereka. Pernikahan mereka bisa dibilang sebagai pernikahan yang memalukan. Gue gak bisa bayangin hancurnya hati ibu mertua gue diperlakukan seperti itu oleh orang-orang terdekatnya.

Pasangan pertama yang mendobrak tradisi memiliki anak yang mendobrak tradisi juga. Anak mereka ternyata mengikuti jejaknya. Suami gue menikahi gue yang notabene gak ada hubungan keluarga atau bahkan kerabat sama sekali. Datang dari negara yang punya tradisi berbeda juga. Mungkin karena itu ibu mertua langsung menyutujui niat suami untuk meminang gue karena beliau tau banget rasanya diposisi suami gue kala itu. Dan memberikan dukungan penuh buat suami sebagai timbal balik dari dukungan yang gak pernah beliau dapatkan di masa lalu.

Zaman sudah berubah, tradisipun fleksibel mengikuti zaman seiring berkembangan pola pikir setiap individu. Setiap orang bisa menentukan masa depannya, ini merupakan hak azasi yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Tentunya perihal jodoh juga, kita tentunya punya hak untuk menentukan jodoh kita.  Gue kadang gemes aja sama yang masih pegang adat ala Siti Nurbaya. Tentu orang tua tau yang terbaik buat anaknya, tapi belum tentu juga si anak gak tau yang terbaik buat dirinya.

Bapak mertua gue emang wataknya keras, setiap hari ada aja omelan yang keluar dari mulut beliau buat ibu mertua gue. Tetapi gue bisa rasain kalau beliau sayang banget sama ibu mertua gue. Tanpa harus ditunjukan dengan perlakuan lembut setiap hari, tetapi “chemistry”nya bisa dirasakan. Ungkapan sayang setiap orang kan berbeda-beda. Watak beliau mirip sama Kakek gue, keras dan galak sama istri. Tetapi jauh didalam itu Kakek gue sayang berat sama nenek gue hehehe. Buktinya mereka awet sampe sekarang dan itu jadi contoh baik buat gue dalam berumah tangga. Walau badai menghadang, pertahankan hubungan dan jangan sampai goyah hehehe.

Dulu sebenernya udah ada orang tua yang udah minta suami gue buat jadi jodoh anaknya, tetapi ibu mertua gue bilang kalau suami gue udah punya calon hehehe, padahal saat itu gue dan suami belom pernah ketemu langsung. Love you full Anne :*. Gue dan suami sudah berkomitmen, kelak kita gak akan mempersulit anak kita buat menentukan jodohnya. Asalkan dia sebaik bapaknya (suami gue) dan sebaik ibunya (gue *uhuk) Inşaallah kami bakal restui hihihi.


Alhamdulillah keluarga dan kerabat yang sempat menjauhi ibu mertua gue perlahan mulai bersikap baik dan mulai menerima pernikahan yang mereka lakukan :)

Unexpected Journey (Saat hampir ketinggalan pesawat mudik ke Indonesia versi sang Istri)


Welcome back to Turki Dea!
Setelah melawan kemalasan untuk nulis akhirnya bisa juga ngumpulin potongan niat buat nulis. Perasaan dari kemarin prolognya sama aja, isinya seputaran males. Maklum pemirsa, gue orangnya pemales tingkat piala dunia, suami aja sering ngejekin. Yaaaa, udah bawaan lahir jadi susah dirubah wkwkwkk.

Mau sedikit curhat soal kepulangan kemarin ke Indonesia. Pengalaman yang gak ngenakin sebenernya,  tapi bisa jadi bahan ketawaan pas kembali nginget sama suami. Ceritanya aneh, tapi cocok kalo dibikin film, gue yakin bakal dapet piala oscar karena gue dan suami menjiwai sekali bhak! :D Mungkin saat itu ada yang coba rekam atau foto kebingungan muka kit adi Bandara dan kemudian share di Instagram lalu hastagnya  #dontbelikethiscouple.

Gak pernah kebayang dalam hidup kalo ngalamin “Hampir ketinggalan” dan “Ketinggalan” pesawat. Kedua-duanya gue alamin kemarin, paket lengkap banget kan. Buat yang ketinggalan pesawat gue ceritain di lain waktu. Sebenernya persiapan udah sangat matang, gak kepikir bakal dapet masalah kayak kemarin. H-1 sebelum keberangkatan kita pergi ke Düzce dulu buat pamitan dan ngerayain Idul Adha lebih awal. Semua normal aja sampe mertua perempuan maksain buat masukin kacang fındık sama selai mawar ke tas yang dibawa suami gue woho! Saking perhatiannya sama keluarga gelin cantiknya sampe bawain macem-macem. Tetapi ternyata awal bencana dimulai disini pemirsa.

Pagi buta kami siap-siap berangkat. Bapak mertua bawain tas suami, tapi ternyata diluar dugaan pegangan tasnya rusak (warbyasaa). Bapak mertua coba buat bawa pake pegangan satunya, tapi rusak juga (FYI, pegangan buat tarik tasnya udah rusak taun lalu pas suami ke Indonesia buat nikah karena dibanting sana-sini sama petugas bandara). Bapak mertua sempet ngambek karena nganggep suami dan gue gak bikin persiapan matang (emang).  Mau packing ulang waktunya udah gak sempet, mobil servis udah keburu datang. Akhirnya kami mutusin buat beli tas di terminal nanti. Setelah salaman dan peluk-pelukan sama keluarga kami akhirnya cuss naik servis. Tapi something different dari muka mertua dan Ayşe kala itu, something like “teu ngareunah hate”. Tapi gue gak bilang hal itu sama suami dan gue juga gak mau punya sugesti hal buruk terjadi. So, sebisa apapun gue dan suami mau nikmati perjalanan kami bhak! Karena kadang sesuatu buruk terjadi karena sugesti (ceunah).

Dijalan kami udah “excited” banget mau mudik ke Indonesia, rasanya nano-nano. Udah ngebayangin bakal kalap makan makanan Indonesia dan peluk-pelukan sama orang tua trus menggila sama sahabatss (ini momen paling sesuatu versi syahrini). Gak sampe 3 jam akhirnya kami sampe terminal, suami bilang temennya mau anter ke bandara (dalem hati bilang Alhamdulillah ada yang mau bantuin). Ternyata ditengah jalan kita diturunin, sebenernya udah sampe terminal sih. Si abang supir dan kondektur mempersilahkan kalo ada penumpang yang mau turun duluan, karena jalan buat sampe ujung terminal macet dan bisa jadi kita telat. Yasudah akhirnya gue dan suami turun dan perjuangan sebagai perempuan setrong dimulai dari titik ini. pas suami coba nurunin koper, pergelangan tangannya luka. Sedih banget liat suami terluka kayak gitu :”( (1).

Jalanan yang ditempuh buat sampe ujung terminal itu terjal dan mendaki dan kita diturunin dengan bawaan yang berat warbyasa tanpa pegangan tangan (Bayangkan! Bayangkan!). Suami akhirnya ngangkat tasnya dengan susah payah. Suami udah bawa tas super berat dipunggung dan harus bawa tas super zuper besar tanpa pegangan tangan (sedih banget liat suami kayak gitu :”( (2)). Dia mau maksa bawain salah satu dari koper yang harus gue bawa cuma gue nolak dan bilang “i can do this” gimana dia bawanya coba -_-. Kemudian gue “nanarik” dua koper yang cukup berat sendiri tanpa bantuan plus tas ransel yang cukup berat nangkring dipunggung :”) da hirupmah perih atulaah. Gak ada satupun orang Turki yang inisiatif bantuin, cewek asing berbadan kecil narik dua koper dan gak ada yang care itu sesuatu banget! Entah karena orang Turki yang emang gak terlalu respek sama sesuatu yang kayak gini atau memang manusia sudah mulai hilang insting buat membantu sesama.

Akhirnya kami sampe di suatu tempat yang secara logika hampir sampai ujung terminal. Kami nunggu temen suami yang katanya janji mau bantuin bawa barang. Tempat yang kami datangi penuh dengan toko spare part mobil dan banyak orang disana. Kami duduk diantara koper kami, suami nulis keluhan di email ke bus yang yang kami pakai buat pergi dari Düzce sampe Istanbul.  Kami yang nunggu temen suami hampir 45 menit akhirnya inisiatif angkat sendiri koper kami ke tangga yang secara langsung masuk ke ujung terminal (berasa ujung dunia).



Perjuangan bawa dua koper sendiri naik tangga itu gak bisa dikatakan gak mudah (emang susah bu). Suami juga susah payah angkat satu koper yang bebannya bisa sampe 40 kg tanpa pegangan tangan dan dalam keadaan pergelangan tangan yang terluka. Naik satu lantai satu lantai dan akhirnya ada orang yang peduli dan bantuin gue sama suami angkat koper sampe ataş. Makasih banget buat amca dan mas-mas yang udah bantuin kami, semoga Allah memudahkan rezeki kalian. Setelah sampe ataş suami langsung cari koper ke dalem terminal dan gue nungguin dengan hati dag-dig dug karena udah jam 10an sedangkan jam 1 pesawat kami terbang.

Sercan (temen suami) akhirnya datang bertepatan dengan kedatangan suami bawa koper baru yang dibeli pake kartu kredit baba mertua. Kita langsung re-packing bawaan kita ke koper baru. Di luar terminal? İya banget!. Akhirnya kami melenggang pergi ke bandara, tapi beberapa menit mau sampe bandara Sercan minta kami buat “brunch together” dikarenakan di bandara sulit buat cari parkiran mobil (katanya). Sebenernya agak setengah hati karena mengingat waktu keberangkatan kami makin mepet, tapi suami mengiyakan jadi apalah daya istri :”).

Percakapan hanya dilakukan oleh suami dan Sercan karena istrinya gak lancar bahasa Turki hahaha. Orang Turki kalo udah ngobrol lama kelarnya (sama sih orang ındonesia juga hehhe). Akhirnya setelah 30 menit makan dan cingcang-cingcang (bincang-bincang tante) akhirnya kita cus lagi. Sercan gak bisa anter kedalam bandara karena gak bisa cari perkiran. Kita akhirnya pamitan dan kami masuk kedalam bandara. Antreannya cukup panjang tapi gue mau menikmati setiap pemandangan antrean itu sebelum mudik, gak ada firasat apa-apa. Tiba akhirnya bagian koper gue yang diperiksa mas-mas bagian check-in. Ternyata ada kendala, koper gue kedeteksi bawa cairan dan gue baru ingeet itu titipan temen gue yang sakit cuma gue gak tau obat apa. Dari situ mulai kerasa gak enak hatinya. Suami dioper sana sini sekitar hampir 30 menit karena permasalahan cairan itu. Akhirnya suami tinggalin aja cairan itu karena waktu penerbangan kita udah mepet dan gak peduli lagi apa yang dibilang sama petugas bandara. Mereka gak kasih solusi, Cuma bisa menyalahkan keteledoran kita kenapa gak tanya itu obat apa. We need solution not blaming!

Bandara Atatürk itu “kalabalık” banget atau ramai dalam bahasa Indonesia. Mungkin bisa dibilang bandara tersibuk se-Turki. Susah banget cari konter Singapore Airlines disana. Kami tanya satu orang dia nunjukin arah ke kanan tapi kami gak nemu konter yang kami tuju. Akhirnya tanya sama orang lain lagi, malah ditunjukin arah yang bertolak belakang sama yang dikasih tau sama mas yang sebelumnya. Wow, pepatah Indonesia yang bilang “Malu bertanya sesat dijalan” gak berlaku di Turki kayaknya #hmmsudahkuduga. Rasanya badan udah mau pingsan karena keberatan bawa beban dipunggung, ditangan dan dihati kala itu, Cuma suami minta buat sabar sedikit saja waktu itu. Kami liat jam waktu sudah makin mepet. Suami minta gue nunggu disuatu tempat dan dia coba cari info dimana konter singapore airlines berada. Suami lari terengah-engah 5 menit kemudian dengan muka yang mengisyaratkan “beb kita telat” dan Singapore Airlines gak punya kantor di Atatürk. Dia nangis dan bilang “I don’t know sayang..they said the gate is closed”. Gue udah kehilangan arah kala itu, tiba-tiba semua jadi gelap gulita……..

***
Gue gak pingsan pemirsah. Suami coba cari bantuan supaya gue dan dia bisa masuk pesawat, yang kebayang cuma bilangan nol yang banyak dibelakang angka 4 ketika inget kemungkinan kami ketinggalan pesawat. Wajah baba mertua juga tiba-tiba muncul didalam otak, jadi makin gak enak karena Baba mertua yang sponsorin keberangkatan kita kali ini. Salah satu petugas bandara nunjukin konter Singapura Airlines yang udah bersih dari penumpang dan hanya ada satu petugas yang masih berjaga. Suami nyamperin dia dan mohon supaya kami bisa masuk. Suami nabrak garis pembatas yang dipasang di Bandara dan kami gak peduli hal itu. Orang-orang satu bandara ngeliatin kita penuh tanya mungkin penuh harapan supaya gak sama kayak kita yang hampir ketinggalan pesawat. Si mas penjaganya agak kesel sih sama keterlambatan kita tetapi akhirnya mengizinkan kami buat naik pesawat. Setelah ninggalin koper dan minta cap akhirnya kami berlari menuju terminal keberangkatan yang letaknya warbyasa jauhnya.  Siapapun mas yang berjaga sendiri di konter kala itu gue doain cepet dapet jodoh kalo belom nikah, semoga rezekinya lancar bang.

Suami berlari secepat kilat dengan badan yang gak bisa dibilang kuruş hehehe. Kami minta izin ke setiap penumpang yang lagi antre di bagian pengecekan passpor buat minta diduluin karena kami udah hampir ketinggalan pesawat dan Alhamdulillah semuanya pada ngerti dan mempersilahkan kami duluan. Suami mulai  lari meninggalkan istrinya yang terengah-engah melawan rasa ingin pingsan. Dari kejauhan gue ngangkat tangan yang ibu jari dan telunjuknya dibulatkan menandakan “I’m okay”. Suami terus berlari sambil terus ngecek keberadaan isrinya.

Suami lewat tangga buat sampe terminal dan gue naik lift yang hampir mau ketutup. Ternyata semua penumpang lift itu adalah penumpang terakhir yang dipanggil buat masuk ke pesawat Singapore Airliness selain gue dan suami. Allahu Akbar, Allah maha besar banget. Kalo gak karena Allah gak mungkin bisa sampe titik ini. Akhirnya gue nangis sama suami didalem bus yang bawa kami ke pesawat yang bakal kami naiki.
Masuk dalem peswat rasanya sesuatu, syukur yang amat dalem yang bisa dipanjatkan sama Allah dan lebih menghargai waktu lagi lain kali. Gue mulai cek barang bawaan gue kali aja ada yang kelupaan karena tadi super buru-buru. Kemudian muka gue pucat pasi, Ikamet (Izin tinggal) gue ketinggalan di tempat cek passpor karena gue inget betul disana terakhirkalinya gue keluarin ikamet gue dan masalah baru beranak dari sini. 


Kamis, 03 September 2015

Menikah Dengan Bule = Hidup Enak?

Baru muncul lagi setelah beberapa hari kehilangan ide buat nulis hihihi.
Kali ini bahasan gue gak jauh-jauh dari pengalaman hidup nikah sama bule syalala~

Di zaman yang katanya udah maju gini, masih banyak orang yang mikir kebelakang. Contohnya masih banyak yang mikir nikah sama bule bakal hidup enak. Kadang suka gemes sama orang yang fikirannya kayak gitu. Dulu pernah punya pengalaman pas di Pandeglang, suami mau beliin boneka kodok buat gue, tapi harganya masih bisa ditawar. Si abang penjual tiba-tiba nyeletuk “beli aja neng gausah ditawar, kan bulemah kaya-kaya”. Pengen gue toel pake gegep kayaknya.

Bule juga sama aja kayak kita, lah makannya masih karbohidrat juga. Dikiranya bule makan sama emas kali. Mentang-mentang kulit putih, mata berwarna dan rambut pirang, jadi disamain kayak bule Amerika yang gajinya pake dollar. Lagian bule Amerika juga gak semuanya kaya, ada gelandangan juga kok. Ini kok mikirnya semua kayaaaaa aja.
Contoh lain, kalo si bule balik pada rame minta oleh-oleh. Ini kebiasaan orang Indonesia banget! Pas suami ke Indonesia, yang ditanyain pertama kali “bawa oleh-oleh ga?” nanya kabar duluan ngapa. Lah suami juga belinya pake morat-marit, walaupun harga oleh-olehnya murah tapi kalo dibeli dalam jumlah banyak yaa tetep aja jatohnya mahal. Kadang mıkir kalo gue mudik gakan gue bawain oleh-oleh sekalian.

Duh, pelis banget jangan terus nganggap bule itu hidup dengan gelimangan harta. Beberapa oknun iseng juga suka ngabil kesempatan dalam kesempitan. Ketika si bule gak tau apa-apa, mereka bisa nipu seenaknya. Pas suami pertamakali ke Indonesia, ada porter yang nawarin bawain barang, suami kasih 50 rebu tapi dia minta 100 ribu. 50 ribu aja udah kebanyakan, kalo gue tau bakal gue minta balik duitnya dan kasih 5000 aja sekalian. Bukannya pelit, Cuma gue paling gabisa nerima yang namanya nipu. Kalo orangnya jujur, kasih 100 ribu juga gak rugi. Kalo nipu, simpatinya jadi ilang. Kalo dibiarin terus nanti jadi kebiasaan.

Di kampung juga masih banyak orang yang punya faham seperti itu. Ada beberapa tetangga yang nyeletuk “enak dong Dea nikah sama bule, pasti banyak duitnya” duh, pengen gue ajak selfi di puncak monas juga deh kayanya.

Beberapa cewek Indonesia juga ada yang keukueuh sumekeuh pengen nıkah sama bule. Alasannya biar hidup lebih makmur. Sampe gak peduli si bule masih muda atau udah kakek-kakek, yang penting berduit. Gue ngeliatnya miris aja. Jadi buat mereka itu harta adalah ukuran kebahagiaan, padahal belom tentu banyak harta hidup bahagia. Kalo iya, Robbin William gakan milih bunuh diri buat ngakhirin hidupnya.

Stop mikir semua bule kaya raya, plis itu pemikiran purba banget. Bule juga manusia, mereka makan naşi sama roti kayak kita juga. Roti dibikin dari gandum juga kan, bukan emas. Ya emang ada kok bule yang kaya raya, tapi engga sedikit yang hidupnya biasa-biasa aja. Jadi intinya bule sama aja kayak orang Indonesia. Yang ngebedain Cuma fisik dan bahasanya. Gak semua orang kulit putih hisup serba mewah, tinggalkanlah warisan penjajahan dulu. Hanya karena bangsa Eropa yang pernah menjajah Indonesia adalah bangsa yang berduit jadi kita menyamaratakan mereka semua dengan generasi bule masa kini.

Yang gue rasain nikah sama bule ya begini. Gue jadi lebih mandiri karena semua dikerjakan sendiri. Orang Indonesia masih pada sanggup kan nyewa asisten rumah tangga dan pembantu. Disini sewa asisten rumah tangga mahal banget, makanya cuma orang-orang super tajir aja yang punya asisten rumah tangga. Menurut gue orang Indonesia malah justru lebih banyak yang kaya raya. Banyak yang punya mobil lebih dari satu, punya rumah pribadi, kontrakan nyebar dimana-mana, jalan-jalan ke mall terus, barang-barang di rumah branded semua, pakaian bermerk semua. Cuma entah karena merendah atau apa, orang Indonesia selalu ngira bule adalah ras kaya raya.


*Curhatanistribule


Menikah Dengan Pria Mapan?

Hollaahhh..
Kalo lagi niat banget nulis, gue bakal banyak muncul di blog hihihi. Kali ini gue mau posting mengenai pria mapan.

Well, kayaknya sosok pria mapan masih menjadi kandidat calon menantu terbaik sampai saat ini. nyatanya memang seperti itu, pria mapan masih menjadi incaran beberapa perempuan Indonesia. Beberapa diantara “pria mapan hunter” ya orang-orang terdekat gue hehehe.

Kalo gue tanya ke beberapa temen gue tentang sosok calon suami idaman, hampir semua menjawab “yang penting mapan sih”. Nah, sebenernya kayak gimana sih sosok pria mapan itu?

Suatu hari ada obrolan tentang sosok calon suami sama döşen salah satu mata kuliah. Döşen gue waktu itu usianya gak bisa dibilang muda, mungkin hampir menginjak 50 tahun lebih. Beliau bertanya ke salah satu temen gue “Neng, kalo nikah mau sama cowok mapan atau mau nemenin dari bawah?”, tanpa ba bi bu temen gue mantep jawab “Mapan pak”. Beliu kemudian berkata “Yaudah sama saya aja kalau gitu!” semua kaget sama jawaban beliau. Lalu beliau menambahkan” Neng, kalo mau sama yang mapan ya kira-kira seumuran saya. Saya udah punya rumah pribadi, kerjaan bagus, gaji bagus dan udah punya mobil. Jadi cocok kalau mau nikah sama saya hehehe. Tapi jadi istri kedua.”.

Guyonan beliau memang ada benarnya. Pria yang masih muda dan mapan secara finansial dengan hasil keringat sendiri susah banget ditemuinnya. Mungkin 3 banding 5 juta (Berdasarkan survey ala gue). Kalau pria mapan secara finansial dari orok sih sekarang udah banyak, liat aja anak gaul zaman sekarang. Banyak kok yang kecil-kecil udah ngendarain mobil orang tuanya ke sekolah. Tapi menurut gue tipe pria yang mapan karena orang tua tuh kurang jantan aja *pısss*.
Apa kerennya ngendarain mobil kesana kesini tapi bukan dibeli dari hasil keringet sendiri? Mending ngendarain sepeda tapi hasil kerja sendiri.

Gue sendiri emang udah niat dari dulu nikah sama pria yang belum mapan. Alasannya karena gue mau jadi saksi hidup dia dari nol. Ngerasain hidup susah bareng, ngerasain gimana rasanya paceklik di akhir bulan gak ada uang di kantong sama sekali. Semenjak sekolah sampe kuliah dulu, orang tua gue gak pernah kasih materi berlebihan sama gue. Jadi mungkin itu juga yang jadi alasan gue buat cari pendamping hidup yang belum mapan. Karena gue belajar dari kesederhanaan yang diajarin orang tua gue.

Kalo dihitung-hitung, kemungkinan seorang cowok lulus kuliah di usia 22 tahun (dengan jangka 4 tahun küliah tanpa nunda dan tanpa ngulang). Nah di usia 23 baru cari kerja, syukur-syukur dapet kerjaan bagus dan gaji bagus. Kira-kira butuh waktu 5 tahun buat dapet posısı bagus di kerjaan. Terus butuh waktu beberapa tahun buat cicilan rumah, terus mobil terus ini terus itu. Tiba-tiba usia udah 50 tahun. İni berdasarkan logika gue yang ala-ala ngasalnya hehehe. (perhitungan belom termasuk nunda kuliah, ngulang matkul dan hal-hal lain sebagainya).

Jadilah perempuan yang berani tahan banting! Jadilah perempuan yang mau nemenin suami dari titik terendah. Kalau kalian kepengen beli lipstrik seharga 500k setiap bulan, gue saranin nikah sama om-om aja :D pasti dibeliin (kalau om-omnya tajir ya :D).

Allah sendiri nakdirin gue nikah sama pria yang belum mapan secara finansial. Persoalan gaji yang kadang gak jelas jadi persoalan kita tiap bulannya. Kita pernah gak pegang uang sama sekali disuatu waktu karena gaji suami udah abis sebelum akhir bulan. Beginilah konsekuensi menikah muda sama pria yang usianya gak jauh beda dari kita. Tapi gue bangga sama apa yang suami gue lakukan. Dia berusaha  memenuhi semua kebutuhan rumah tangga dia dan gue dengan uang yang dia hasilkan tiap bulan. Walaupun gaji yang pas-pasan bahkan kadang kurang. Tapi Alhamdulillah Allah selalu mencukupkan rezeki kami, bahkan disaat titik terendah ekonomi kami sekalipun.  

Mungkin banyak yang ngira gue hidup serba mewah disini. Kalau mau sesuatu tinggal minta suami dan tring tralalala semua langsung ada. Jika kalian berfikir kayak gitu, kalian salah besar. Rumah yang gue tempatin saat ini masih rumah sewaan, gaji suami gue gak sampe puluan juta perbulan, barang-barang rumah gue masih harus dibayar kredit tiap bulan, gaji suami kadang habis sebelum waktunya, mobil yang kita pake saat ini adalah mobil bekas atasan suami dulu dan kita bayar dari emas yang kita dapetin pas nikahan kemarin dan kita gak makan daging tiap hari karena harga daging lumayan mahal buat ukuran kita (makan ayam aja jarang banget).  

Jadi seperti yang ue tuturkan, kalau mau nikah sama yang mapan ya cari om-om dengan gaji besar. Kalau siap nikah sama peria yang belum mapan, siap-siap berjuang dari nol!
Semangat!!!!!

Karena nanti bakal ada banyak proses yang bikin kalian makin menghargai arti perjuangan suami..


Kamis, 27 Agustus 2015

Teman Hidup Terbaik

Hampir tengah malem masih nunggu suami balik kerja. Mau ngelipet baju cucian bersih rasanya masih males hahaha, besok aja ah :D. daripada bete mending nulis random.

Dalam rumah tangga rasanya wajar kali ya kalo kita berantem sedikit-sedikit. Kalo lempeng gapernah marahan malah rasanya ada yang yang kurang. Sebahagia-bahagianya gue di postingan foto instagram gue, pasti pernah ngambek-ngambek dikit sama suami. Dibalik foto yang bahagia, terdapat banyak cerita tersembunyi begitulah kira-kira jika dibahasakan.

Seringkali gue sama suami berantem karena hal spele, sebatas janji pergi yang gak terlaksana. Sebenernya ini murni bukan kesalahan yang dibuat suami, tetapi karena suami suka dapet kerjaan mendadak dari atasannya dan gabisa ninggalin seenaknya. Jadi yang dikorbankan ya janji sama bininya.    

Bete? So pasti. Kalo gue ngambek, suami stress bukan kepalang. Gue ngakuin sih, kalo gue ngambek emang jelek banget adatnya. Kalo gue ngambek sama suami, gue lampiaskan dengan puasa ngomong. Nah itu yang bikin suami gue stress bukan kepalang. Ditanya diem aja, dipeluk gamau meluk balik. Tapi itu gak berlangsung berhari-hari, lewat 4 jam aja gapernah. Gue termasuk tipe orang yang gabisa marah lama-lama hehehe. Awalnya sih gengsi mau meluk balik suami, lama-lama gatel juga pengen meluk hehehe.  

Kita punya prinsip selesaikan masalah hari itu juga. İtu udah jadi kebiasaan kita dari zaman pacaran dulu. Jadi kalo punya masalah ya diselesein secepetnya di hari itu juga. Suami sifatnya lebih lembut dari gue, kadang suka mikir mungkin sebenernya kita ketuker negara kali yak. Harusnya gue yang orang Turki dan suami yang orang Indonesia, abisnya suami lembutnya ngalahin orang Jawa booook.
That’s why Allah ngejodohin gue sama suami, hal tersebut karena kami punya sifat yang bertolak belakang satu sama lain. Jadi kalo ada masalah, dua-duanya gak keras kepala. Pasti ada salah satu yang ngalah dan ngebuang gengsi buat minta maaf duluan. Dan bisa ditebak kan siapa yang lebih sering minta maaf kalo kalian baca dari penuturan gue.

Nikah beda kebangsaan itu gak mudah. Jujur aja, kadang gue gak bisa ngejelasin semua yang gue rasain sama suami. Kadang gue males buat nerjemahin maksud perasaan gue, gak semua bisa diterjemahin ke Bahasa Inggris atau Turki. Alhamdulillah sekarang bahasa Indonesia suami udah lebih keçe dari sebelumnya, jadi kesulitan sedikit berkurang. Selain itu, faktör budaya yang beda juga bisa bikin gesekan kecil dalam rumah tangga. Apalagi kalau misalnya kalian masih tinggal sama mertua, pasti selalu ada drama kecil yang terjadi didalem rumah, sebaik apapun mertua kalian sama kalian.

Budaya Turki sedikit berbeda dari budaya Indonesia. Contohnya, di Turki orang-orang suka bertamu sampe larut malem sedangkan di Indonesia hal tersebut kan tabu banget. Kita mesti sabar-sabar, kuat-kuatin kelopak mata biar melek. Awal-awal gue kesini juga gitu. Gue mesti sabar nerima tamu di rumah mertua sampe lewat jam 12 malem. Tapi semakin kesini ya gue jadi mulai menyesuaikan diri. Dan masalah namu sampe tengah malem di Turki bukan masalah berarti lagi buat gue. Intinya kita mesti pandai adaptasi sama perbedaan budaya negara pasangan. Saling menerima perbedaan juga jadi kunci keharmonisan rumah tangga beda negara.

Gue bukan pakar rumah tangga macem Fahd Pahdepie, umur pernikahan gue aja belom genap setaun. Gue Cuma nulis berdasarkan pengalaman yang gue alamin sama suami gue disini. Semarah-marahnya kita sama suami, jangan sampe ngediemin suami sampe berhari-hari apalagi sampe ninggalin rumah dan tidur ditempat lain. Gue emang pernah pergi dari rumah, tapi tujuannya bukan kabur, melainkan menenangkan diri sejenak. Gak lama suami gue jemput gue ke tempat gue menyendiri hehhe. Dan jangan sampe tidur di kamar yang berbeda sama suami. Suami tetep kepala rumah tangga yang wajib kita hormati. Coba jelaskan perasaan kalian sama pasangan pelan-pelan. Saran gue sih selesaikan secepatnya, kalo bisa ya hari itu juga. Bilang kata “I LOVE YOU” sesering yang kalian bisa, karena kata tersebut jadi pupuk cinta rumah tangga kalian juga.

Selain karena janji yang tak terlaksana, gue juga ngalanin masalah dengan kerjaan suami. Awal-awal sih berat buat gue, karena dalem bayangan gue ya suami selalu pulang gak lebih dari jam 7 malem. Dan pasti selalu kosong di hari sabtu dan minggu. Tapi ternyata gak seperti itu. Gue harus siap dengan janji yang bakal batal di kemudian hari karena kerjaan suami gue. Sempet gak terima,  tapi mau gimana lagi. Lagipula suami udah cinta mati sama kerjaannya, gue Cuma bisa dukung dan doa aja, toh suami kerja juga buat gue.

Ketika ada masalah dan kalian mentok gabisa apa-apa, usahain cerita sama yang lebih berpengalaman dengan cerita rumah tangga kalian. Misalnya gue yang milih cerita sama orang yang nikah campur kayak gue. Cerita kayak gitu bikin kalian lebih plong aja dan bonusnya kalian bisa dapet masukan. Disini gue sering cerita ama dua emak gue dan pasangan kawin campur lainnya, kadang suami kalo udah mentok juga suka cerita sama dua emak gue. Terus kadang mereka akhirnya ngomong sama gue buat gak bersikap seperti itu sama suami. Akhirnya masalah selesai hehehe.

Alhamdulillah sekarang intensitas ngambek gue dan suami udah mulai menipis, ini dikarenkan kita udah mulai bisa antisipasi kemarahan satu sama lain. Kalo suami agak ngambek, gue suka godain “tuh kan Turkinya keluar”, terus suami senyum. Kadang kalo gue lagi bad mood, suami selalu coba buat peluk gue dan ngajak gue ketawa. Kalo bisa ya dia pulang lebih awal buat ngehibur bininya hihi. Wajar, nikah beda negara kadang moodnya naik turun. Selain kita harus nyesuain diri, kita juga harus nyesuain mood yang suka  berubah karena kangen rumah.

Gak ada pernikahan yang sempurna, yang ada ya pernikahan yang pelakunya pandai memahami satu sama lain. Setiap pernikahan punya ujiannya sendiri-sendiri. Jangan ngerasa ujian rumah tangga kita yang paling buruk dari ujian rumah tangga orang lain. Karena Allah kasih ujian gapernah ngelebihin kemampuan umatnya.

Yang sekarang lagi marahan sama suami, coba peluk suaminya. Karena suami kalian adalah teman hidup terbaik kalian saat ini. kalian engga bisa milih mau lahir di rahim siapa dan tinggal di keluarga yang mana, karena hal tersebut sudah Allah pilihkan. Tetapi pasangan adalah orang yang bisa kalian pilih, jadi cobalah harmonis dalam mengarungi biduk rumah tangga hihihi.

Tuliisan ini peringatan buat gue juga :)


Sabtu, 22 Agustus 2015

Sonbahar Gelini (Pengantin Musim Gugur)



Baru keingetan ternyata belum share pengalaman pernikahan di Turki. Karena lagi musim kawinan disini, jadi kayaknya cocok yee ngebahas soal kawinan gue sekarang hehehe. Judul Pengantin Musim gugur terinspirasi dari teh Decin temen gue dan dibantu koreksian terjemah sama mak sri hehehe.

Awal-awal dateng kesini sempet takut kalo-kalo mertua gak suka sama gue. Berkali-kali gue nanya suami “İf they not like me?” di sepanjang jalan Istanbul-Düzce. Rasa tesebut wajar banget gue rasain karena selama menjalin hubungan dengan dia, gue gak pernah ketemu langsung dengan calon mertua gue, paling Cuma lewat skype tanpa mengerti bahasa satu sama lain hahaha. Baba adalah mertua pertama yang gue temui di Turki karena beliau adalah orang yang ngejemput kami di terminal. Kami Cuma saling liat, kemudian baba senyum ke arah gue dan nyambut gue dengan pelukan hangat. Dari situ gue yakin kalo baba orangnya baik dan ramah, walaupun sebenernya baba termasuk orang yang galak, tapi kalau sama gelinnya mendadak jadi baikkk banget. Sekeluarga aja bingung liat baba yang mendadak jadi ramah kalo lagi sama gue.

Gak kurang dari 30 menit akhirnya kita sampai di rumah. Orang pertama yang nyambut gue di rumah adalah ipar gue, namanya Ayşegül. Kembaran suami yang cantiknya bikin adem  orang yang ngeliat. Gue selalu takut kalo Ayse gak suka sama gue, karena jujur sebelumnya gue jarang banget ngobrol sama dia, tapi alhamdulillah buat gue sampe sekarang dia tetep görümce (adik ipar) yang baik banget. Pas masuk akhirnya gue liat Anne (ibu mertua), orang yang sekarang jadi orang yang paling gue sayang disini setelah suami gue. Pas liat gue untuk pertama kalinya, beliau kasih pandangan seribu arti sama gue. Kemudian  beliau mendekat dan meluk gue sambil nangis. Beliau emang orang yang sensitif, gue jadi tau dari mana suami dapet sifat sensitifnya. Gue jadi kebawa terharu juga. Pertemuan sederhana yang penuh arti. Sebenernya ada satu adik ipar gue lagi, Cuma dia orangnya pendiem banget, jadi gak ada sambutan dari dia sama sekali. Sampe sekarang aja dia gak pernah manggil nama ke gue ataupun julukan “yenge” (kakak ipar). Bukan karena dia gak suka sama gue, tapi memang dia orangnya kayak gitu hehhe.

Baru sehari gue sampe Düzce, suami harus balik ke Ankara karena pekerjaan. Awalnya gue mau ikut ke Ankara karena mungkin gue bakal ngerasa jenuh disini gak bisa komunikasi. Ternyata Anne minta gue tinggal di Düzce sampai waktu pernikahan datang. Akhirnya dengan berat hati suami ninggalin gue. Salah satu gelin Indonesia di Düzce sempet gak setuju suami ninggalin gue sendiri di Düzce. Dia ngerasain betul rasanya jadi orang yang gak ngerti apa-apa ketika pertama kalli sampe Turki. Akhirnya dia sempetin datang ke rumah gue malem pas suami gue pergi. oh ya, namanya Kak Lena, salah satu orang Indonesia yang paling berjasa buat pernikahan gue. Dia kasih banyak motivasi buat gue disini dan bikin gue gak merasa sendirian. Dia bilang dia keluarga gue disini, jadi kalo ada apa-apa bisa di sharing sama dia. Dia juga janji bakal datang ke pernikahan gue bareng 3 gelin lain.
*

Hari-hari menjelang pernikahan disini biasa aja. Gak kayak di Indonesia, sebulan sebelum pernikahan aja mama gue udah sibuk belanja apa-apa. Dua hari sebelum pernikahan, tenda udah pada datang bahkan udah mulai di pasang. Disini pernikahan biasa diilakukan di gedung (kecuali yang tinggal di “Köy” (kampung), mereka bisa ngadain di rumah mereka). Jadi gak ada keriweuhan kayak di Indonesia. Makananpun gak seberagam di Indonesia. Kalo di Indonesia keluarga gue udah masak macem-macem. Dari makanan berdaging-dagingan sampe kue-kue basah udah ada. Kalo disini ya makanannya gak jauh dari cake dan cookie aja hehhee.

*
Sehari menjelang pernikahan gue akhirnya suami datang juga ke Ankara. Pertemuan dengan suami rasanya kayak pertemuan pertama di Bandara tahun 2013  lalu hehe. Malemnya gue mulai nyusun handuk-handuk yang udah dihias sama ibu mertua ke keranjang bareng Ayşe. Buat perempuan turki handuk itu punya lambang kebersihan, jadi handuk cukup penting buat perempuan Turki selain dipakai di hiasan mobil pengantin gue hehhee.

Besoknya di hari H pernikahan rasanya masih biasa aja, gak heboh hebring kayak di Indonesia. Biasanya di Indo lagu dangdutan udah santer kedenger ke seluruh  penjuru kampung. Kalo disini ya buat gue biasa aja. Jam 10 pagi gue bersiap pergi ke salon buat dandan dan pemotretan pasça wedding. Gue pergi bareng suami, Baba dan Ayşegül. Cuaca hari itu hujan gerimis dengan suhu yang ulala bikin bulu kuduk merinding. Pernikahan gue disini bertepatan dengan musim gugur, jadi wajar kalo cuaca agak sedikit nyentil hehhee. Tapi kecenya ya pemandangan daun-daun yang berguguran dan menguning di sepanjang jalan. Awalnya mau foto outdoor, keliatan gitu suasana musim gugurnya, hanya saja keadaan gak memungkinkan jadi foto dilakukan didalem ruangan. Bisa beku gueee hehehehe.

Pas di salon, si mbak make-upnya agak bingung sama kulit gue yang beda dari orang Turki. Pertama kalinya ngedandanin orang yang kulitnya coklat kayak gue hahahaha. Tapi alhamdulillah gue puas sama hasil kerja si mbak make-up, ternyata gak bikin warna muka gue beda sama tangan gue aheuy :D

Baru keluar salon udah banyak anak kecil nyamperin dan minta duit sama kita. Ternyata begitu ya adatnya orang Turki. Kalo ada yang nikah wajib banget minta duit sama penganten, serem juga sih sebenernya kalo buat gue. Beberapa dari anak tersebut maksa banget sama suami, jadi kalo gak dikasih bakal terus ngintil sampe ke rumah kali. Ada cerita dari temen gue, tradisi kayak gini sampe nelen korban. Di salah satu kota ada pernikahan, nah pasangan yang nikah dimintain duit sama segerombolan pemuda. Pengantin cowok nolak kasih duit, tanpa di duga salah satu dari anak muda tersebut nembak pengantin cowo sampe meninggal. Gak kebayang gimana sakitnya si istri ditinggal suami didepan mata kepalanya sendiri. Karena kejadian tersebut, pemerintah Turki sempet kasih larangan buat minta-minta duit sama penganten khususnya di daerah kota besar.

Kita photoshot disalah satu studio foto terbaik di Düzce, hasilnya ya kalo menurut gue kecean hasil fotografer Indonesia. Agak kecewa sedikit karena mereka ngeedit foto kita pake fake backround, dan keliatan banget boongannya -_-. Jadi kalo soal kreatifitas fotografer ya bagusan orang Indonesia :D ıyey :D tapi alhamdulillah dari sekian banyak foto yang diedit dengan kepalsuan, akhirnya ada satu foto yang bagus :D

Selesai photoshot akhirnya kita pulang ke rumah dan you knowww whatt!! Gue disambut sama salah satu sahabat FB gue yang namanya Emel. Mungkin kalian udah tau yah yang namanya Emel yang mana. Dia udah janji banget mau datang ke kawinan gue, akhirnya dia pergi sama dua orang Malaysia yang salah satunya temen suami gue. Rasanya terharu banget liat dia di acara pernikahan gue sebagai keluarga gue karena gak ada satupun dari anggota keluarga gue yang datang ke acara pernikahan gue. Udah ditahan-tahan aja ini air mata biar gak tumpah, make up bisa luntur ntaran :D
Setelah puas cengkrama satu sama lain, jam 4 kita berangkat juga ke gedung tempat kita nikah hehehehe. Didetik-detik terakhir mau berangkat, bunga pernikahan gue datang  juga iyey :D dan meluncurlah kita. Sebelum berangkat, didepan apartemen kita sempet berdo’a dulu supaya gak ada masalah dijalan. Alhamdulillah keluarga gue bukan tipikal keluarga sekuler, jadi agama masih jadi pedoman hidup. Kalo yang sekuler ya wasallam hehehe, diganti sama joget-joget kali :D.

Pernikahan di Turki bikin gue ngerasa bener-bener princess sehari. Mobil yang gue naikin dihias cantik banget ala car bride yang suka ada di film-film romantis Hollywood yang biasa gue tonton. Pas mobil kita jalan, suara klakson mulai bersahut-sahutan. Beginilah tradisi pernikahan di Turki. Pasti bakal kedenger banyak suara klakson, nandain kalo ada pernikahan. Gue bener-bener terharu badai, gak pernah ngebayangin dapet pernikahan istimewa maçam ini seumur hidup gue, di dalem mobil gue ngegenggam tangan suami gue seerat mungkin. Semoga dia ngerti arti genggaman gue, rasa terima kasih gue dikasih hadiah pernikahan luar biasa disini. Udah nahan banget air mata biar gajatuh, keinget keluarga. Mama, bapa, adek-adek sama kake nenek yang gak bisa jadi pendamping pernikahan gue disini. Gue ngerasa sendiri, diantara keramaian pernikahan gue sendiri. Hening.

Sampe juga gedung pernikahan kita gue diminta masuk ke ruang pengantin perempuan, disana gue didatangin sama beberapa sodara suami, mereka minta sepatu pernikahan gue trus ditulisin nama mereka satu-satu. Tradisinya, kalo nama mereka ilang tandanya mereka bakal nikah bentar lagi, mirip tradisi nyuri kembang penganten di Indonesia hehe. Setelah beberapa menit di dalem ruang pengantin perempuan akhirnya gue dininta masuk kedalam gedung resepsi. Di depan tangga yang menuju gedung pernikahan kita udah dipasang kembang api, dan pas kita naik si kembang api dinyalain meriah banget. Pokonya gue gaboleh nangis, teges gue didalem hati. Butttttt, didepan gue liat ibu mertua tepuk tangan sambil nangis, gue jadi keinget emak gue dan akhirnya gue gabisa nahan air mata lagi. Adik ipar gue ngeliat gue dan ngebisik ke gue biar gak nangis, oke sedikit berhenti tapiiiii didepan gue ngeliat kak Lena sama 3 gelin  lain. Dia ngehampirin gue sambil berbisik “Dea jangan nangis, disini kita keluarga Dea. Gausah ngerasa sendiri” aaakkk dibisikin gitu gue malah makin meledak-ledak nangis. Akhirnya gue merasa mendapatkan keluarga disini, ditengah orang-orang baru disekeliling gue. Kebayang gak sih terharunya pas kalian nikah tapi gak ada satupun dari keluarga kalian yang dateng ke acara pernikahan kalian, terus ada orang yang tiba-tiba berbisik “aku keluargamu” di waktu kalian ngerasa sendiri. Dan rasa terharu itu yang gue rasain banget kemarin, kalo inget hari itu gue masih tetep nangis sampe sekarang. Gue bener-bener terima kasih sama orang Indonesia dan sahabat gue lainnya yang hadir ke acara pernikahan gue, karena kalian membuat gue tidak sendiri.
*

Suami gue anti banget sama  joget-jogetan, jadi kemarin di nikahan gue gak ada begituan sampe dansapun gak ada, gue kepengen banget dansa sebenernya. Pada dasarnya nikahan orang Turki pasti ada joget-jogetannya. Sampe ada yang bilang, bukan nikah kalo gak ada joget-jogetan. Padahal keluarga suami kebanyakan berasal dari Karadeniz yang notabene suka banget sama joged. Pernikahan gue diisi sama ceramah dari ustad kenalan keluarga suami gue. Walaupun kaga ngerti, suami minta gue aamiin—aamiin aja :D.

Tiba akhirnya ke acara pemotongan kue pernikahan. Wow emizing, kuenya besar banget. Sampe terkagum-kagum gue liat kue segede itu. Si abang pembawa kue nyiapin pedang buat motong kuenya, tapi ternyata itu kue palsu saudara-saudara! :D. yaelah, dah bahagia banget dapet kue segede  itu dan taunya cuma boongan, aku tuh gabisa diginiin mas hehehe.

Selesai motong kue, akhirnya tiba ke acara pemberian emas dan uang dari para pengunjung. Hal yang paling gue demen dari nikahan di Turki, kita bakal kaya raya setelah nikah. Emas dan uang bertebaran di baju pengantin hihi. Emas pertama gue dapatkan dari mertua gue, mereka kasih gue dua gelang yang harganya bisa buat beli tiket Indonesia-Turki pulang pergi. Setelah itu baru pengunjung kasih uang di selendang merah yang di  pasang di leher gue dan suami. Si emas dan uang digantung pake peniti. Di Indonesia sih tradisinya pake amplop ya, jadi walopun lo kasih sedikit lo gakan ketauan kalo lo gak kasih nama di amplopnya. Disini beda, lo kasih kecil ya bakal ketauan. Sebenernya adat disini kayak “pinjam meminjam emas dan uang”, maksudnya ketika keluarga orang yang kasih lo emas dan uang dengan nominal tertentu suatu hari nyelenggarain pernikahan, lo juga harus kasih mereka dengan nominal yang sama dengan yang mereka pernah kasih pas nikahan elo. Sebnernya sama aja sih kayak di Indonesia.

Karena tradisi inilah gue gak tega minta mahar gede sama suami gue. Pernikahan di Turki lebih mengedepankan “investasi setelah menikah”. Keluarga suami gue beli lumayan banyak emas buat hadiah gue. Pernikahan biasa aja gak masalah, asalkan ada emas di tangan dan baju pengantin itu udah cukup. Kalo di Indonesia gengsi yang utama, mereka berlomba-lomba bikin pernikahan serba mewah karena takut dibicarain aneh-aneh sama keluarga. Abis nikah banyak ninggalin hutang sana-sini. Gue gak tega minta banyak sama suami, beneran deh. Belum lagi suami mesti beli tiket buat dia dan gue pergi ke Turki, terus sewa rumah dan beli segala perabotan didalem rumah karena setelah menikah gue dan suami gak tinggal sama mertua. Uang yang gue keluarkan untuk segala tek-tekbengek itu adalah Rp. 0. Kalo gue minta mahar gede, bisa kurus suami gue. Makanya, buat yang mau nikah sama lelaki Turki, fiikirkan kembali permintaan sejumlah materi untuk mahar dan lain sebegainya. Karena hidup di Turki jauh  lebih berat dibanding Indonesia. Fikirkan usaha mereka buat “mendapatkan” kalian jauh-jauh dari Turki. Syukur-syukur kalo calon kalian kaya raya, kalo biasa aja mau gimana coba.

Emas jadi simbol kemakmuran perempuan Turki, that’s why beberapa cewek Turki banyak minta emas bahkan sebelum pernikahan dilangsungkan. Ada tiga tahapan yang mesti dilalui pasangan Turki sebelum menikah. Yang pertama adalah “Söz” atau perjanjian, sejenis pertunangan hanya belum begitu resmi. Nah di söz ada beberapa perempuan Turki yang udah minta macem-macem. Sejumlah hadiah dan emas. Selanjutnya, Nişan atau pertunangan. Nah nişan ini udah agak resmi sifatnya, di tahap ini hadiah yang diminta perempuan Turki lebih banyak dari tahapan sebelumnya. Gue pernah ngehadirin acara nişan keluarga ibu mertua, si cewe minta banyak hadiah dan emas berpulu-puluh gram. Kasian juga, keluarga ibu mertua gua gak kaya raya tapi dimintain macem-macem. Sampe minta rumah segala, hellowww harga rumah disini gak semurah rumah di Indonesia, dengan harga satu milyar rupiah, lo cuma bisa dapet apartemen sederhana dengan satu kamar. Selanjutnya kına gecesi, semacam “siraman” versi Turki tapi dilakukan malem-malem dan gak ada acara siram-siraman pake air. Kalo di Indonesia, siraman berarti keluarga cewek udah ikhlas melepas si cewek untuk lelaki pilihannya, Kına gecesı adalah tahap dimana keluarga si cewek ngelepasin dia buat hidup bersama dengan pria pilihannya, essensinya sama kan. Kına itu artinya henna, jangan bayangin  tangan lo dihias sama henna ala India. Di malam kına, telapak tangan lo Cuma di tamplokin henna berbentuk bulet, dan mertua lo wajib kasih emas logam. Sebelum mertua lo kasih uang logam, lo gaboleh buka mata lo. Setelah mertua lo kasih emas di ataş henna yang ditamlokin ke tangan, lo mesti genggam emas itu. Beberapa orang terdekat lo ngebungkus tangan lo  dengan kain merah. Malam kına hanya diperutukan buat cewek-cewek. Dan wajib hukumnya joged-joged. Awalnya mertua gue mau kına gecesi, tapi gagal karena beberapa hal. Setelah kına gecesi, baru tiba acara akad nikah dan resepsi pernikahan atau disebut nikah dan düğün dalam bahasa Turki.  Tahapan yang panjang banget sebelum sampe ke ijab kabul. İjab kabul disini sedikit beda darari Indonesia, gak ada kata “saya terşma nikah bla bla bla”. Kalo diliat mirip model  orang kristen yang bilang “I do” pas si penghulu nanya sesuatu dalam bahasa Turki, dan si pengantin perempuan dan laki-laki Cuma bilang “evet” atau “iya” dalam bahasa Indonesia. Di Turki pengantin perempuan boleh untuk tidak didampingi wali ketika menikah karena sudah dianggap dewasa untk menentukan hidupnya sendiri. Penghulu juga bisa perempuan. Karena udah ngadain akad nikah di Indonesia, jadi “evet-evetan” gak ada di acara resepsi pernikahan gue kemarin hehehe.


Mungkin alasan ini juga yang melatarbelakangi maraknya pria Turki yang nyari “yabancı” atau orang asing untuk dijadikan istri. Tradisi itulah yang menjadi salah satu alasannya. Umumnya perempuan asing gak minta macem-macem kayak perempuan Turki. Terutama orang Indonesia yang lebih sederhana dalam meminta mahar. Indonesia penganut mazhab syafi’i, dalam syafi’i perempuan disarankan untuk tidak meminta mahar yang besar melebihi kemampuan calon suami. Turki pemegang mazhab hanafi, para penganut hanafi berpedoman dengan cara rasulullah ketika melamar aisyah. Kala itu rosulullah memberi banyak kerbau dan kambing yang jika dirupiahkan nominalnya sangat fantastis. Sebenernya tujuannya baik ya, memuliakan perempuan, tapi kalau melebihi kemampuan suami ya sama aja membunuh pelan-pelan hahaha. So jadi segitu aja penjelasan gue soal pernikahan gue di Turki, semoga bisa ambil pelajaran dari sini hihihi. Terutama yang lagi berhubungan sama cowo Turki. Beriku adalah foto-foto pernikahan gue di turki.


NB: Baju pernikahan gue bikin dengan gaya gue dan gue jait di ındonesia. Agak beda dengan baju pernikahan tradisional Turki yang roknya lebar (pake kurungan ayam didalemnya hehehe). Karena negara galau yang ada di dua benua, makanya adatnyapun sedikit eropa. Terutama dari hal pakaıan pengantin. 

(Berdoa sebelum Berangkat)

Mbak yang dandanin gue

Emel sahabat sekaligus kakak gue yang ue kenal dari FB
Kuenya bo'ongan :(


Mertua dan baju selendang di baju pengantin gue dan suami yang dipake buat ngegantungin emas dan uang

satu-satunya foto studio yang gue suka, yang lainnya fake edit -_-

sama adik ipar gue

Yang pake baju Biru namanya kak Lena
Seneng banget didatangin kalian :")


lagi nangissss
pas dibisikin ka Lena



temen-temen indonesianya suami


emas dan uang bergelantungan

Tentang Mengeluh

http://mylongdistancestory.tumblr.com/post/125423843168/tentang-mengeluh

Selasa, 28 Juli 2015

Cantiknya Bunga Matahari di Summernya Turki

Lagi beneran niat banget buat nulis ini entah ada angin apa. Yang  jelas semangat lagi menggebu badai :”)

Kali ini gue mau nulis indahnya bunga matahari di musim panasnya Turki. Dari dulu punya obsesi foto di padang bunga matahari, sayangnya di Indonesia gak ada model begitu. Pernah sekali liat bunga matahari yang banyak di mall Paris Van Java, itu juga liat dari dokumentasi temen di foto, meuni sedih.

Akhirnya bisa kesampean liat bunga matahari yang banyak di negara ini, walaupun gak sebanyak bunga matahari di Tekirdağ. Lumayanlah buat eksis sebentar sama suami hehehe. Itupun nemunya gak sengaja pas mau ke kampus suami nganterin televisi punya sepupunya. Pas dijalan gue liat kuning mentereng melambai dikejauhan. Suami emang baik banget, langsung parkir mobil dan nurutin kemauan istrinya buat nyamperin padang bunga matahari yang gak seberapa luas hehehee.


Dan akhirnya foto keçe bisa didapatkan juga, dengan angle yang cukup baik hasil foto yang diambil juga lumayan buat eksis hehehe. So, ini beberapa hasil jepretan suami dan gue. Jangan dibandingin sama foto hasil fotografer keçe, kita kan amatir kelas amuba hehehe. Enjoy it!







(Padang bunga matahari di Tekirdağ)


Mantapnya Pelayanan Konsumen di Turki

Hari sabtu lalu si Beyçik (nama kamera gue, kepanjangan dari Beyaz Çikollata) mendadak gak bisa dipake lensanya.  Mungkin ini kutukan dari abang-abang yang gak sengaja gue foto di bazzar sebelumnya. Demi apapun gue gak sengaja moto si abangya, Cuma mau moto suasana gasibu ala Turki. Sia abang mungkin  ngambek karena ke foto. Dia sempet ngedumel pake bahasa Turki dan mejemin satu matanya ke arah gue. Kalo di Indonesia kan tandanya menggoda ya. İh mama serem deh pokonya, langsung gue peluk suami di deket dia.

Nah gak lama setelah ambil foto itu si Beyçik rusak. Berasa ditimpa langit, sakitnya tuh disini (nunjuk kantong). Udah kebayang bayar servis atau lebih parahnya beli lensa baru. Suami juga keliatan agak kesel sama gue, abis kemana-mana bawa kamera. Duh, kan istrinya fotografer amatir kelas amuba jadi wajib hukumnya bawa kamera. Siapa tau dijalan nemu objek bagus buat difoto kan.

Alhasil semaleman nyari dokumen pembelian kamera. Alhamdulillah masih ada garansi, jadi kemungkinan biaya servis Rp. 0.Cuma masih dihantui embel-embel beli lensa baru yang harga perbuahnya bisa sejuta lebih :”)

Nah, besoknya meluncurlah gue beserta suami ke toko yang dipake buat beli kamera. Si abang keçenya hafal sama kita karena sebelumnya sempet komplen lensa juga. Dulu difoto selalu ada black spot, kirain rusak. Gataunya Cuma debu. Malulah gue, udah ngambek :p hahaha

Ternyata lensa si Beyçik rusak. Alamak, sumpe demi penguasa bumi dan langit lensa si beyçik gapernah jatoh atau kebentur. Mungkin benar ini karena kutukan si abang. Suami minta slip pembayaran kamera itu ke gue, sayangnya gue lupa naroh bonnya. Tapi pemirsah, ternyata hal tersebut gak perlu karena pihak mereka langsung ganti lensa si beyçik dengan lensa yang baru tanpa di pungut biaya sepeserpun. Bener-bener pelayanan total buat konsumen. Semakin betah belanja disini, karena jaminan uang kembali kalo kita kurang pas sama barangnya masih tetap ada. Kalo di Indonesia kan motonya “barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan”. Disini beda lagi, kalo kurang sreg ya barangnya masih bisa dikembalikan atau ditukar. Pernah ada cerita salah satu gelin Indo yang kurang pas sama kursi mobil anaknya. Setelah sebulan dipake barangnya kurang cocok, akhirnya suaminya ngembaliin lagi ke toko dan si toko ganti pake barang yang baru. Emezing!

Andai pelayanan konsumen di Indonesia bısa sekeren ini hehehe. Suami pernah bilang sebenernya gue bisa balikin si Beyçik ke tokonya sebelum berumur sebulan. Sayang suami telat bilangnya. Kemarin-kemarin emang gue agak kurang suka sama beyçik, karena ngarepnya SLR. Tapi setelah casenya datang dari Cina, jadi makin sayang sayang sama Beyçik :”)

Apalagi ini kado dari suami :”)