Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Minggu, 02 Januari 2022

Hii 2022

 It’s been a long time. Halo dunia!

Tengah malam, dalam keadaan belum bisa tidur karena baru selesai nyusuin anak! Yes! We are having a baby! After 7 years!

Saking udah lamanya gak nulis , saya jadi sedikit lupa gimana caranya bikin tulisan yang gampang dicerna. Keinginan nulis kali ini tumbuh karena ada beberapa pembaca blog yang ternyata mampir di IG dan ngasih kata-kata manis, bikin kangen ngeblog banget emang. Kalian semua gampang bikin baper deh, unch. Selain itu, karena saya lagi kangen mama.. Kangen banget.. Gini ya rasanya kangen sama orang yang udah gak akan pernah bisa kita temuin lagi karena beda alam.. Iya, mama juga meninggal bulan Juni tahun lalu..

Tahun 2021 kayaknya tahun ancur-ancuran sekaligus termanis dalam hidup saya. Tapi, kali ini saya mau cerita bagian hancurnya dulu ya. Lagi pengen galau dulu, boleh kan? Gila ya, awal tahun di awali dengan kegalauan. Maaf, tapi saya lagi kangen mama banget. Banget. Nanti saya bakal cerita kisah manis ketika mendapatkan Ar, si bayi lelaki lucu yang kasih warna berbeda di kehidupan monoton kami.

***

Sore tadi saya abis nyekar ke makam mama bareng paman dan uwa saya. Sampai hari ini rasanya masih kayak mimpi aja liat batu nisan atas nama mama. Perempuan paling kuat dan mandiri yang pernah saya kenal seumur hidup saya. Mama yang setelah meninggal ternyata “dikhianati” bapak. Mungkin sebagian dari kalian bakal nganggep saya ngumbar aib keluarga, gak apa-apa. Saya yakin ada banyak orang di luaran sana yang bakal “relate” sama cerita saya. Semoga bisa jadi penguat buat kalian yang juga lagi dalam posisi kayak saya. Kalian engga sendiri.

Sepeninggal mama, hal yang paling saya takuti adalah pernikahan bapak. Saya yakin kalau bapak bakal nyari pengganti mama. Bapak yang dipanas-panasi keluarganya buat cari istri baru pas mereka datang ke acara 7 harian mama. Saya tau spesies mereka memang ada di dunia ini, tapi saya gak nyangka kalau mereka bagian dari keluarga saya. Andai aja waktu itu saya denger mereka nyuruh bapak nikah lagi dengan kuping saya sendiri, Demi Allah bakal saya usir mereka semua dari RUMAH MAMA! Waktu itu saya tau dari adik-adik saya. Mereka nangis. I felt so broken heart, for them and my mom. Kami semua masih berduka atas kepergian mama yang mendadak.

Bapak yang selalu kasih alasan masih belum sanggup lihat makam mama tiap kami ajak nyekar, ternyata sanggup buat menikah lagi. Tepat 6 bulan mama pergi, bapak nikah dengan perempuan yang baru dia kenal seminggu, dan baru kami kenal 1 hari. Dia selalu beralasan mungkin menikah lagi adalah takdirnya, jujur saya muak dengernya.

Dia nangis dan meluk saya pas izin mau nikah, saya nangis bukan karena liat dia nangis. Tapi karena saya inget  mama. Dia bilang, dia pengen ada yang ngurusin karena gak enak ngerepotin anak-anaknya terus. Dia bilang mau tinggal di rumah istrinya setelah menikah. Tapi nyatanya dia tetap bawa istrinya ke rumah kami, dan mereka tidur di kamar yang biasa mama tiduri. Saya patah hati lagi.

Ibu tiri saya (demi Allah saya gak pernah nyangka panggilan itu saya sebut untuk diri saya sendiri) emang baik, tapi entah mengapa rasanya saya gak akan bisa cocok sama dia. Pola pendekatan dia ke kami yang terlalu buru-buru malah bikin saya makin antipati.

Gak ada satu pun dari kami anak-anak bapak yang larang bapak nikah. Sejak awal mama meninggal, kami udah kasih izin bapak buat menikah lagi kalau bapak mau. Tapi, engga secepat ini. Kuburan mama masih basah, mama baru pergi 6 bulan. Apa sebagian lelaki sebegitu tidak sanggupnyakah untuk hidup sendiri?

Bapak ternyata cuma mikirin kebahagiaan dirinya sendiri. Bapak gak pernah mikirin psikologis anak-anaknya. Kami yang masih berduka ditinggal mama dipaksa untuk nerima sosok baru. Mama hebat banget bisa hidup berpuluh-puluh tahun dengan lelaki kayak bapak. Lelaki yang kurang tanggung jawab atas anak-anaknya. Lelaki yang selalu kasih beban ke istrinya bahkan sampai akhir hayatnya.

Mama perempuan hebat. Mama yang sanggup jadi tulang punggung di rumah. Peran bapak juga dipegang mama. Kami semua bisa sekolah tinggi berkat mama. Hidup kami terjamin karena mama. Mama berhak dapat kehidupan lebih baik di dunia yang berbeda. Mama berhak dapet suami yang jauh lebih sayang sama mama di sana. Bapak gak pantes dapetin mama lagi.

Saya kangen mama, ngetik ini pun sambil nangis. Pengen banget meluk mama sambil curhat betapa sakit hatinya saya liat kelakuan bapak. Mama, Dea kangen mama..

 

Gak nyangka banget kalau hidup saya bisa se-plot twist ini :)




Rabu, 10 Juni 2020

You are Worthy

Gambar oleh @audiakursun.art


Kapan terakhir kali kita berterima kasih pada diri sendiri?

Pernahkan terpikir bahwa kita seringkali lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang dan bertahan sejauh ini? Bahkan, mungkin beberapa orang tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan berjuang melawan masalah kesehatan mental karena kurang mencintai diri sendiri.

Orang yang mencintai diri sendiri biasanya akan menganggap dirinya berharga, terlepas dari kelemahan yang dimiliki atau penilaian negatif sekitar, namun tidak memandang rendah orang lain. Berbeda dengan narsistik yang cenderung mengagumi dirinya dan terkesan meremehkan orang lain. Orang narsis juga biasanya mudah tersinggung dengan kritik atau komentar orang lain.

Mereka yang mencintai dirinya sendiri, biasanya akan berpikir bahwa banyak sekali hal yang tidak bisa ia kendalikan dalam hidup ini. Ia pun sangat memaklumi kegagalan. Meski demikian, kegagalan tidak ia maknai sebagai suatu kesialan dan cerminan kelemahan diri dalam segala hal. Ia akan lebih fokus kepada apa yang bisa dikendalikan, seperti cara berpikir, reaksi emosi, serta usaha yang dapat dilakukan.

Dalam mencintai diri sendiri, adalah hal yang salah jika kita masih membandingkan diri dengan orang lain. Sayangnya, seringkali banyak yang kecolongan. Kita perlu menghargai setiap perkembangan yang kita lakukan, sekecil apapun perkembangan itu. Mungkin tidak secepat orang lain, tetapi harus tetap kita hargai.

“Kemarin saya tidak terlalu baik, namun hari ini harus lebih baik.”

Mencintai diri sendiri bukan berarti menyangkal keberadaan perasaan negatif. Penting untuk menyadari emosi yang kita rasakan dan sejenak memberikan ruang pada diri ini. Emosi negatif sangat wajar terjadi, terlebih ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup. Orang yang mencintai dirinya akan sadar dan tidak ragu mencari bantuan ketika ia butuh seseorang untuk mendengarkan, bercerita, dan bersandar. Mereka bukannya mudah bergantung pada orang lain, tetapi karena sadar betul dengan kapasitas dirinya. Meski demikian, bergantung sepenuhnya pada orang lain juga tidak bisa dibenarkan.








Tumbuh dan berproses menjadi pribadi yang dewasa dan bijak itu melelahkan. Seringkali banyak hal yang terjadi di luar dugaan, dan tak jarang menyakitkan. Allah telah menyebutkan dalam firmannya, bahwa bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik untukmu dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk untukmu. Prof. Dr. Quraish Shihab : “Keberuntungan” kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir mereka. Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu. Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah suatu keberkahan. Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat. Boleh jadi sampai sekarang engkau belum dikarunia anak itu adalah kebaikan dalam hidupmu. Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi ternyata itu baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui Sedangkan engkau tidak mengetahui. Untuk kalian yang sekarang sedang “berjuang”, ketahuilah bahwa kalian sudah sangat hebat telah berjuang sejauh ini. You are worthy ❤️ An art collaboration between @audiakursun & @letssayvillanelle Enjoy it ❤️ #artistsoninstagram #artdaily #watercolor #watercolorpainting #artoftheday #dailyart #mentalhealth #mentalhealthawareness #dailyarts #watercolorguide #watercolordaily
A post shared by Ɖɛα Δʋ∂ια Ƙʋяşʋи 🧿 (@audiakursun) on


Ada beberapa afirmasi yang bisa kita tanamkan pada diri sendiri ketika sinyal 'tidak baik-baik saja' datang.

·         Saat mengalami situasi buruk, tanamkan dalam pikiran kita, bahwa segala situasi buruk ini tidak akan bertahan selamanya. This too shall pass.
·         Maknai situasi yang penuh dengan tekanan menjadi sesuatu yang memberikan kamu ruang untuk belajar.
·         Situasi sulit tidak hanya datang dari kesalahan sendiri atau orang lain, melainkan dari faktor-faktor di luar kendali kita yang tidak dapat dikendalikan.
·         Saat mengalami kegagalan, tanamkan dalam pikiran bahwa satu kegagalan bukan berarti kita gagal dalam segala hal. Contoh sederhananya adalah ketika kita diputuskan oleh pacar. Hal tersebut bukan berarti kita adalah orang yang buruk dan tidak layak mendapatkan cinta.
·         Apresiasi dari orang lain memang perlu, namun jangan pernah lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Terkadang, kita juga tidak memiliki kendali akan pandangan orang lain terhadap kita. Meski demikian, tentu kita harus tetap berusaha menghormati orang lain.
·         Apresiasi setiap perubahan positif yang terjadi pada diri kita, sekecil apapun itu. Perlahan-lahan kita akan merasa lebih kuat, lebih berharga, dan lebih berguna. Hal ini dapat mendorong kita untuk lebih baik dalam melawan ketidakberdayaan menjalalani rintangan hidup. 


I’am Enough, I’am Worthy

Saya sudah sangat hebat bisa bertahan sejauh ini. Saya layak bahagia, saya layak dicintai. Saya memiliki banyak alasan untuk berbahagia, dimulai dengan mencintai diri sendiri. Waktu terlalu berharga untuk dihabiskan dalam meratapi ketidakberdayaan saya terhadap sesuatu. Semua orang pernah mengalami hal buruk, itu wajar terjadi. Tidak apa-apa mengaku kalau saya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Cukup ambil waktu sejenak untuk bisa berbincang dengan diri sendiri. Saya juga boleh menangis, butuh tindakan untuk membuang energi negatif kan? Tetapi, saya tidak mau berlarut-larut! Saya  harus bangkit, karena kehidupan terus berjalan.


Thank you for everything. I’am enough, I’am worthy. Cheers!

Dea Audia Santi

Sabtu, 29 Februari 2020

STANDAR GANDA


Ciee, lagi ada niat nulis. Pasti sedang ada keresahan yang sedang dipendam *eaa*

Memang jam-jam segini paling enak buat nulis sih, ditambah lagi ada bahan juga. Lemah banget ya saya, nulis aja harus nunggu mood, tapi emang nulis pakai mood itu paling enak. Selain jadi lebih mengalir ketika menulis, saya juga gak buntu pas nulis paragraf selanjutnya. Karena ya ngeselin banget kalau buntu, kayak stuck gitu. Kalau diterusin, si tulisan  jadi aneh pas dibaca.
Jadi begitulah,  intermezzo dikit sebelum nulis blog hihihi.

Tulisan ini random banget sih sebenarnya, berawal dari obrolan tadi sore dengan kenalan kami yang punya kenalan yang mau nikah sama orang Turki (eh ribet ya wkwkwk, hehe jadi gini maksudnya: sepupu teman kenalan saya ini mau nikah sama orang Turki), terus jadi inget sama obrolan-obrolan kemarin sama teman-teman tentang suka duka menikah dengan orang Turki. Obrolan yang sebenarnya berisi keresahan kami akan banyaknya orang-orang yang berstandar ganda tentang pernikahan Indonesia dan Turki.

Saya cerita soal pertemuan saya dengan kenalan saya dulu ya. Berawal dari pesan di Facebook, si mbak bercerita tentang keresahannya terhadap sepupu temannya. Yup, dia akan menikah dengan orang Turki, tapi si mbak kenalan saya ini agak skeptis sama calon suaminya. Kenalan saya ini traveler, pernah tinggal di Turki selama beberapa bulan dan kebetulan pernah juga dekat dengan pria Turki. Jadi, sedikit banyak si mbak ini sudah ada pengalaman dengan pria Turki. Kita sebut mbak ini mbak Bulan.

Pas ngobrol sama mbak Bulan, saya dan suami bener-bener relate dan kami sependapat dengan mbak Bulan. Bukan menghakimi, tetapi waspada. Sedikit skeptis karena kami mendegar beberapa “sifat” pria Turki ini yang sedikit kurang cocok sama kami bertiga. Tapi ya, lagi-lagi kami hanya bisa mendoakan yang terbaik. Karena pada akhirnya memang kami bisa apa? Terlalu sulit meningatkan orang yang sedang jatuh cinta. Setelah itu, saya dan Mustafa hanya menjelaskan ke mbak Bulan perihal hal apa saja yang nanti harus dilakukan oleh sepupu temannya ketika dia sampai Turki. Lalu memberikan nomor handphone kenalan kami di kota yang nanti akan ditinggali si mbak ini, supaya si mbak ini ada teman. Masalah selesai.

Setelah itu, saya mulai teringat obrolan bersama teman-teman saya perihal keresahan kami terhadap pelaku kawin campur yang memiliki kecenderungan standar ganda. Sebagian dari mereka memang memberikan edukasi bahwa menikah dengan pria Turki tidak seindah bayangan, tetapi disamping itu mereka juga “promosi” pria Turki. Terkesan menjual pesona pria Turki kepada mereka yang memang sedang dekat/ mencari pria Turki tetapi disisi lain mereka skeptis parah dengan pria Turki. Malah ada yang mengiming-imingi pria Turki dalam promosi wisata Turkinya, padahal dia juga nulis hal negatif soal pria Turki. EH JADINYA GIMANA INI? Katanya hati-hati, tapi ya kok promosiin pria Turki juga. Sekedar informasi, nikah sama orang Turki lagi jadi trend guys.. Sebenarnya kami berdua bingung harus sedih atau senang dengan fenomena ini hahaha.

Tidak sedikit dari mereka yang menjodoh-jodohkan teman atau kenalan mereka dengan orang Turki. Kok kebalikan banget gitu sama tujuan awal edukasi mereka, ini pendapat pribadi aja ya. Saya dan Mustafa sedikit kapok “mengenalkan” teman Turki dan teman Indonesia kami. Gak mau ngenalin orang-orang lagi, cukup kami saja yang menikah campur Indonesia-Turki di keluarga dan circle kami hahaha.

Alasan ini dengan dasar kok, karena pernah kecolongan juga sekali. “Baik” aja itu engga cukup, ternyata memang dalamnya manusia itu tidak bisa diukur sekejap. orang yang kami anggap ideal untuk dikenalkan kepada teman Indonesia kamipun bisa “tidak sesuai ekspektasi” pada akhirnya. Kami jadi merasa bersalah pernah mengenalkan dia dengan teman Indonesia kami, kalau mereka jadi menikah ya kami akan sangat menyesal. Tujuan baik belum tentu berakhir baik.

Saya dan Mustafa tipe orang yang engga enakan, dan jadi berfikir sangat jauh kedepan. Sudah tidak jadipun kami masih berfikir dengan kemungkinan yang terjadi kalau mereka menikah nanti. Aduh, gimana ya? Kalau jadi nikah kan kesannya kayak menjerumuskan ke lubang hitam. Ya Allah, terima kasih masih melindungi kami semua. Baik sebagai teman kami belum tentu baik untuk jodoh teman Indonesia kami. Sebagai teman,dia baik. Tetapi untuk jodoh teman Indonesia kami, hmm engga dulu deh. Kami tidak mau pertemanan kami semua hancur karena masalah ini. Sekarang, kalau ada yang “minta” cariin jodoh ya kami langsung arahkan ke situs perjodohan online aja. Silahkan cari sendiri. Main aman banget ya wwkkwkw. Intinya ya kami berdua bukan makelar jodoh cyin.

Tulisan ini bisa jadi peringatan untuk teman-teman yang sekarang sedang mencari jodoh atau sedang dalam hubungan yang serius dengan pria Turki. Intinya kalian semua harus waspada dan hati-hati. Jangan mudah terbuai dengan rayuan “Seni çok seviyorum dari pria Turki yang baru kalian kenal secara online. Apalagi kalau baru kenal satu atau dua bulan. Aduh, itu sangat rawan. Jangan baper dulu ya. Nikmati dulu aja proses perkenalan kalian, kalau dirasa kelamaan dan kesannya kayak pacaran ya lebih baik putusin saja hahaha. Kalau mau taaruf silahkan, tapi menurut saya proses taaruf sedikit kurang cocok diterapkan pada kasus ini, barangkali ada yang berpengalaman taaruf dengan “orang random” yang kalian kenal di sosial media? Silahkan tinggalkan komentar dibawah (ingat! Yang proses taarufnya beneran ya! Tidak terima proses taaruf abal-abal yang ternyata masih ada atmosfir pacarannya).

Saya dan Mustafa melalui proses pacaran. Selama proses pacaran 2 tahun itu kami berdua benar-benar mendalami karakter masing-masing. Mustafa datang ke Indonesia untuk berkenalan dengan orang tua saya terlebih dahulu. Hal tersebut semakin meyakinkan saya bahwa memang dia serius, tidak hanya manis dibibir dan jari. Setahun kemudian kami menikah. Sebuah keputusan yang sebenarnya gila, mengingat kami menikah diusia yang cukup muda. Dengan modal bismillah kami mantap melaju ke pernikahan dan  sudah siap dengan resiko yang kami akan dapatkan dimasa depan. Pokoknya ambil hal baiknya aja dari kami, yang tidak baik ya engga usah diikutin. Jangan contoh semuanya, karena kami hanya manusia, tindakan kami bisa salah juga.

Tanyalah hati kecil, apakah yakin untuk lanjut? Timbang baik dan buruknya, pikirkan resiko terburuk yang kemungkinan akan terjadi dimasa depan. Seringkali ada yang nekad menikah walaupun terkendala masalah Bahasa (ya tidak sedikit juga yang sukses manikah walaupun ada masalah Bahasa). Nah, masalah Bahasa itu penting untuk saya dan Mustafa. Lagi-lagi ini pendapat pribadi ya, karena pernikahan itu 90% isinya komunikasi. Tidak banyak orang Turki yang bisa berbahasa Inggris, kalau misalnya kalian berdua tidak punya ”common language”, lebih baik pikirkan lagi kalau mau menikah, kecuali ada yang mau mengalah ya. Konsekuensinya ya kalian harus siap-siap dengan kemungkinan salah faham yang akan datang diawal-awal pernikahan. Pada kenyataannya banyak yang kelabakan karena masalah bahasa. 

Selain itu, ketika pria Turki yang kalian kenal sudah memiliki kecenderungan temperamental, ada baiknya kalian fikirkan SEJUTA KALI UNTUK MENIKAH. Lagi-lagi manusia memang tidak bisa ditebak, yang terlihat kalem dan biasanya kalempun bisa tempramen ya. Kalian sendiri yang tau kapasitas diri kalian, sanggup engga? Kalau sanggup ya lanjut, tetapi kalau saya sih kemungkinan engga akan lanjut kalau Mustafa misalnya cenderung tempramen selama pacaran. Aduh, lemah banget. Gak bisa dikasarin emang, ya tau kapasitas aja, gak mau maksain juga.

Saya juga engga akan lanjut kalau Mustafa kelewatan posesif dan insecure. Kunci hubungan kami berdua adalah saling percaya dan komitmen. Tetapi kalau ada kelewat “sok dekat” sama Mustafa ya saya keluar tanduknya juga, seringkali ada perempuan Indonesia yang sedang pacaran dengan pria Turki dan curhat sama Mustafa sewaktu kami belum menikah. Sudah pasti bakal saya tegor sih kalau keseringan. Padahal Mustafa juga selalu meminta mereka untuk kontak langsung dengan saya, kalau ada yang kena block sama saya artinya udah kelewatan banget yaaa. Mustafa juga gak nganggur ngebalesin terus. .

Ya Mustafa posesif sih, tetapi dia tidak pernah sampai hati untuk memutuskan hubungan saya dengan teman-teman dan keluarga saya. Saya memiliki kehidupan lain sebelum bertemu dengan Mustafa dan Mustafa merasa tidak berhak untuk “mengobrak-abrik” kehidupan saya sebelum bertemu dengan dia. Mustafa juga memperbolehkan saya untuk memiliki sosial media, selama saya sadar akan skala prioritas. Kalau pacar atau kenalan kalian sudah berani untuk melarang kalian bersosial media kemudian berani menghapus semua akses dunia maya kalian seakan-akan hidup kalian benar-benar HANYA untuk dia, SARAN SAYA PIKIRKAN KEMBALI KALAU MAU MENIKAH. Ingat, kalian manusia, kalian makhluk sosial. Kalian butuh bergaul, kebayang gak sih di negara orang kalian gak boleh gaul sama sekali? Di dunia nyata udah engga boleh, ditambah dunia maya juga engga boleh! Beneran dilarang total buat interaksi sama teman di Indonesia.  Ditambah kehidupan kalian hanya seputar urusan rumah tangga. Guys, kalian bisa stres parah. Buat saya, porsi suami dan istri itu harus super seimbang, aduh jangan sampai ada yang dominan gitu. Tapi guys, ada juga sih perempuan yang menikmati di posesifin dan di-insecure-in begini, beda-beda ya tiap orang

Buat saya, sosial media itu sangat penting bagi pelaku kawin campur. Ya buat mantau berita, buat ina inu itu, minimal buat kabar ke keluarga di Indonesia, karena ada juga orang yang gak terlalu suka main whatsApp kayak saya hahaha. Saya engga terlalu suka chat dan telepon keluarga saya di whatsApp, tapi suka banget main di Instagram. Minimal adik-adik saya tahu kabar saya dari Instagram.

***

Pada akhirnya saya cuma mau bilang kalau rezeki setiap orang itu berbeda-beda. Kalian tidak bisa berekspektasi kalau hidup kalian akan sama seperti orang lain hanya karena mengikuti caranya mendapatkan sesuatu. Hati-hati dalam bermimpi. Melihat kehidupan rumah tangga pernikahan kawin campur pasangan Indonesia-Turki sepertinya sangat ideal di medsos, lantas kalian juga berfikir untuk mencari orang Turki supaya bisa hidup seperti mereka. Kemudian terbayang tinggal di luar negri, jalan-jalan terus, suami romantis, dan hal indah lainnya. Percayalah, kehidupan rumah tangga yang ideal itu engga begitu wkwkwk.

Saya juga mau ngingetin kalau Mustafa itu bukan gambaran umum pria Turki. Ada banyakkkkkk karakter pria Turki yang sangat berbeda satu sama lain dan tidak semua pria Turki seperti Mustafa. Jangan jadikan kami berdua junjungan couple goal Indo-Turki (lagian siapa juga sik yang jadiin kami berdua couple goal? Wkwkwk). Hanya karena kalian melihat Mustafa begini dan begitu, tidak berarti semua pria Turki juga begini dan begitu seperti Mustafa.

Saya tidak setuju dengan gambaran maha sempurna soal pria Turki karena ya ada juga pria Turki yang aneh, tetapi saya juga tidak setuju kalau ada yang berbicara terlalu negatif dan terkesan sangat berengsek mengenai pria Turki. Rasanya tidak rela ketika suami saya disamakan dengan mereka. Bagaimanapun suami saya adalah orang Turki dan dia tidak seperti itu. Intinya ketika menjelaskan suatu hal ya kita harus seimbang. Apalagi ngejelasin soal karakter orang dari suatu negara yaaa, aduh kadang itu ada yang gak relate juga gitu. Saya paling engga mau nulis bahasan ini, karena akan terkesan sangat subjektif ketika dituliskan.

Jadi penulis blog itu kadang banyak pertimbangannya, kira-kira tulisan kita menyinggung enggak ya? Terlalu negatif engga ya? Terlalu positif engga ya? Terlalu subjektif engga ya? Bakal bermasalah enggak ketika dinaikan? Nulis blog juga gak asal nulis, saya juga masih latihan sampai sekarang supaya tulisan saya bisa dinikmati banyak orang engga menyinggung. Sebisa mungkin saya engga berat sebelah ketika bahas satu topik di blog. Eh jadi kemana-mana bahasnya kan wkwkwk.
Pokonya begitu ya, semoga bisa nangkep apa yang ingin saya sampaikan dari tulisan ini. Sampai disini dulu tulisan saya, sampai ketemu di tulisan selanjutnya….

Cakarta, 1 Maret 2020.

Selasa, 19 November 2019

KENAPA DATENGNYA PAS LAGI BUTUH DOANG SIH?




Begini, gak tau deh ini maksudnya kategori ngeluh apa bukan. Kami berdua kan sering banget ni dapet pertanyaan seputar pernikahan Indonesia –Turki. Jadi yang cewek-cewek biasanya cerita ke saya dan yang cowok yak ke Mustafa. Kami beneran lillahi ta’ala, seneng-seneng aja kalau ditanya. Apalagi kalau nanyanya sopan, ya makin seneng.

Tapi kadang kami suka sedih kalau setelah mereka nikah ya kami ditinggalkan begitu aja. Beneran ditinggalin. Bahkan buat chat aja engga ada sama sekali. Gausah jauh-jauh nawarin oleh-oleh, ditanya kabar aja kami tuh udah seneng banget, itu tandanya keberadaan kami dianggap. Tapi sayangnya, kebanyakan yang ninggalin kalau udah dapet apa yang mereka mau dari kita. Apalagi yang udah terkenal, aduh kita siapa sih.. Cuma remahan Khong Guang di toples doang.

Pernah loh Mustafa sakit hati banget sama model-model hooman begini. Dia tuh sebenernya cuek, ya bodoamat gitu  mau disapa apa engga. Tapi mungkin yang kemarin tuh udah berlebihan banget, secara dia ditinggal banget sama orang yang dulu kalau apa-apa chat sama dia. Pas orangnya jadi seleb, nyapapun udah engga. Ya iya ngerti, mungkin udah bukan prioritas lagi. Lah emang siapa sih Mustafa?

Nah waktu itu Mustafa sampe bikin story di Instagram. Eh, yang ngerasa banyak ternyata WKWK. Abis itu baru pada nanya kabar, aduh basi banget kalian semua wahai hooman. MADINGNYA UDAH MAU TERBIT !

Sederhananya, kami berdua Cuma mau dianggap teman. Ya minimal ditanya kabar, atau kami yang nanya. Kami juga bukan tipe-tipe friends with benefit kok. Diinget ya syukur, engga juga yaudah. Tapi ya, pada ujungnya emang ngarep sama manusia itu kebanyakan bakal berakhir dengan sakit hati.


Semoga kami berdua tidak termasuk pada golongan tersebut. Ingatkan kami kalau kami khilaf ya men-temen sekalian..


Mrs. Kursun

MUNGKIN, KAMI SUDAH KAYA RAYA KALAU BEGITU


Apa yang saya rasakan ketika mengetahui bahwa pasangan campur Indonesia-Turki sebanyak sekarang? 50:50 sih HAHA. Disatu sisi ya senang karena banyak yang senasib sepenanggungan, dilain sisi ya merasa tidak unik lagi HAHAHA. Efek majunya dunia internet juga jadi salah satu pemicu banyaknya pelaku kawin campur ini.

Dari kejadian ini, ada satu fenomena yang mungkin ya biasa aja buat orang lain tapi gak biasa buat saya dan  Mustafa. Yaitu, fenomena konsultasi pernikahan Indonesia-Turki berbayar. Pembuka jasa ini malah yang baru-baru nikah. Kok bisa ya?

Saya dan Mustafa mungkin bisa aja membuka jasa tersebut kalau kami mau. Pengalaman kami tentang dunia tersebut sudah banyak, bisa diadu sama kalian deh haha. Cuma ya beneran gak kepikiran, gak tega aja ngambil keuntungan dari orang yang sedang kesulitan. Bahkan ada pasangan yang juga membuka jasa perceraian! UNBELIEVABLE !!!

Saya juga gak ngerti ni soal jasa perceraian ini maksudnya gimana? Kalau si dia ngurusin perdokumenan perceraian dari A-Z sih gak masalah. Bayar juga gak apa-apa, secara perdokumenan itu ribet luar biasa. Apalagi dokumen perceraian beda bangsa. Pernah dimasa ‘ikut terlibat’ di proses perceraian teman kami yang menikah dengan orang Turki. Aduh, engga lagi-lagi deh. Pusiang kepala ane. Dan setahu saya, perceraian di Turki itu sangat sensitif. Orang di keluarganya saja tidak asal boleh masuk. Teman dan tetangganya aja gak boleh ikut-ikutan, apalagi orang lain (kecuali pengacara/ kuasa hukum). Salah-salah malah kita yang masuk penjara karena ikut campur urusan orang lain.

Tapiiiiii, kalau cuma konsultasi (itupun Cuma ngobrol lewat chat aja) lalala lilili abis itu bayar sih YA AMPUN MBIIIIIAAAKKK MASSSSNYA KEKURANGAN DUIT BANGET YA ?  gak ngerti sih kalau begini. Kecuali kalau mereka memang gak punya pilihan lain untuk bertahan hidup, kemudian menjual konsultasi tersebut adalah salah satu cara mereka untuk makan. Kalau backroundnya psikiater atau psikolog pernikahan sih oke karena mereka punya keahlian di bidang tersebut dan mereka sekolah juga, tapi kalau modalnya cuma sok tau dan ngandelin googling doang sih ya ampun. Saya baru tahu, beneran baru tahu.

Selain itu, ada juga yang buka jasa menerjemahkan chat pacaran dengan orang Turki. Ya ampun, saya semakin kaget. Mustafa berprofesi sebagai seorang penerjemah, dia kuliah di jurusan tersebut selama 4 tahun. I mean, dia merupakan penerjemah profesional. Ketika dia tahu ada yang menjual jasa tersebut, dia cuma ya ampun.  Ternyata semua bisa diuangin.

Bukan cuma kalian kok yang butuh uang, kami juga sama. Tapi buat ngeuangin itu semua sih kami tidak sampai hati. Kami masih bisa mencari nafkah dengan cara lain yang lebih manusiawi. Kalau kami mau, sudah dari dulu kami melakukan hal tersebut. Kami mungkin sudah banyak uang sekarang, karena sudah berapa banyak pasangan yang curhat.

Tapi ya balik lagi, terserah mereka mau gimana ye khan, saya kan cuma beropini. Boleh diterima boleh tidak, namanya juga pendapat pribadi.

‘’ Emang  sih semua gak ada yang gratis guys, kentut doang yang gratis’’.

Mrs. Kursun

Minggu, 17 November 2019

KARAKTER COWOK TURKI GIMANA SIH? KENAPA SAYA GAK PERNAH BAHAS?

Adalah sebuah pertanyaan yang paling sering ditanyakan warganet instagram saya. Kebanyakan sih yang mampir itu ya yang lagi pacaran atau dekat sama cowok Turki. Saya ngerti sih, tujuan kalian bertanya hal seperti itu lebih karena rasa ingin tahu kalian, mengobservasi apakah ‘karakter’ cowo Turki sekiranya cocok dengan karakter cewek Indonesia kayak kalian atau engga. Memperlajari karakter mereka sedini mungkin untuk memutuskan lanjut atau berhenti.

Jujur aja, dulu juga saya ngerasa gelap gulita tentang karakter cowok Turki. Pas zaman pacaran, gak banyak cewek Indonesia yang saya tahu sedang pacaran/ menikah dengan orang Indonesia. Sempat ngerasa kalau emang gak banyak juga kali ya waktu itu. Saya juga gak berusaha nyari tahu banyak sih, kayak yaudahlah ya dijalanin aja. Soal karakter tiap orang ya saya fikir berbeda. Gak bisa disamain.

Jadi, pas zaman pacaran itu ya saya juga sering curhat-curhatan juga sama beberapa pelaku LDR Indo-Turki. Kadang, mereka suka cerita kalau cowoknya begini dan begitu. Gak jarang juga sampe putus nyambung. Kalau begitu, mau gak mau ya saya bandingin sama  Mustafa kan.

“Kok Mustafa gak begitu ya? Kita jarang marahan waktu pacaran. Putus nyambung gak pernah. Kalau berantem juga yang sering minta maaf ya Mustafa HAHA.”

Mereka sering ngeluh sama karakter cowoknya yang keras kepala, pencemburu, posesif, egois, dan pemarah. Eh tapi ya Mustafa juga begitu kok, kadang ya cemburuan juga, tapi ya yang engga lebay gitu. Gak sampe ngelarang saya buat putus hubungan pertemanan sama temen cowok saya. Karena dia juga tahu, dia datang jauh setelah saya kenal dengan temen-temen cowok saya. Hal tersebut masuknya ke ranah pribadi saya, hak saya berteman dengan siapapun asalkan masih dalam koridor yang benar. Selain itu juga Mustafa posesif kok, tapi lagi-lagi dengan kadar yang sewajarnya. Contohnya, dia suka bertanya dengan siapa saya pergi? Kalau sama laki-laki dia minta saya jaga jarak aja karena mau gimanapun mereka tetap laki-laki. Dia juga meminta saya untuk terus mengirim foto kepada dia setiap hari, ini kita lakukan berdua. Jadi pas LDR tuh ya banyak aja gitu koleksi foto yang kita kirimkan satu sama lain HAHA.

Lanjut ke karakter keras kepala, hmm waktu pacaran sih gak terlalu keliatan ya. Karena jauh juga, terus kalau misalnya debat sesuatu sama saya ya yang menang biasanya saya HAHA. Tetapi, setelah menikah beberapa tahun ya akhirnya saya bisa menemukan ke-keras kepala-an Mustafa HAHA. Nah, kalau pemarah bagaimana? Untuk kasus ini kayaknya lebih condong ke saya ya HAHA. Mustafa paling bisa sih ngontrol emosinya, bahkan sama orang yang bikin dia empet banget. Jadi inget pas kita ditabrak sama orang mabok, gueh udah ngegas banget ni tapi Mustafa stay calm abis. Nah loh, malah kayak saya yang orang Turkinya kalau dilihat dari “keluhan” sifat negatif yang dibilang temen-temen saya.

Eh ini, apa cowok Turki senegatif itu ya? Yang dijelasin diatas kan negative semua. Tenang ges, ada juga kok cerita bagusnya. Jadi waktu dulu temen-temen saya bilang katanya pacar-pacar mereka romantis, suka kasih kejutan, gak mandang fisik dan setia. Hmm, semua relate sama Mustafa inshaAllah. Pas pacaran sih dia romantisnya bener-bener ala film romantis gitu, kalau abis nikah sih beda aja cara nunjukin keromantisannya. Masih tetap romantis tetapi dengan cara yang berbeda.

Suka kasih kejutan! Ya, suka banget. Dari kejutan sederhana sampe mevvah HAHA. Perempuan emang paling seneng sih dikasih kejutan, mau sederhana ataupun mevvah. Gak mandang fisik? Yes, Mustafa banget. Baru kali ini sih saya dicintai orang (selain orang tua saya) tanpa mandang fisik saya gimana. Sadar gak punya muka secantik Lady Diana kadang suka bikin saya minder perihal jodoh HAHA, karena katanya lelaki itu makhluk visual. eh, jodoh saya malah datang lebih dulu.

Dan yang terakhir adalah setia. Alhamdulillah, selama 2 tahun berpacaran dan 5 taun menikah kita engga pernah dapet masalah dengan kesetiaan. Kenapa saya tulis ‘engga’ dibanding ‘belum’? karena 'belum' bermakna bahwa akan ada ketidaksetiaan di masa depan nanti. Kalau nulis belum ya tandanya kita bisa juga mengharapkan ada kejadian tersebut di masa depan HAHA. Gak mau banget ah, pokoknya saya maunya kita berdua itu setia satu sama lain. Bukan bermaksud takabur, tapi setiap pernikahan ya ngarepnya tuh bahagia lahir batin dengan pasangan dan setia sampai ajal menjemput. Masuk sampai sini?

Kalau kalian sadar, yang saya jelaskan diatas itu bukan tentang karakter cowok Turki loh melainkan karakter dari Mustafa yang memang orang Turki. Tetapi ‘memang orang Turki’ bukan berarti semua orang Turki demikian. Ini nyambung ke alasan saya kenapa gak pernah mau nulis karakter cowok Turki secara eksplisit. Cowok Turki ini begini loh, cowok Turki itu begitu loh. Kesannya jadi subjektif aja kalau ditulis.

Pertama, untuk nulis ‘karakter cowok Turki’, rasanya kita mesti survey dengan sample yang tidak sedikit ya. Cowok Turki dari semua kota ya kudu kita survey (kalau mau data yang akurat banget). Jujur, saya sih  gak sanggup HAHA. Karakter setiap orang pada kenyataannya sih berbeda satu sama lain. Sesama orang Sunda aja bisa beda-beda kok. Eh gak usah jauh-jauh, anak sama bapak aja bisa beda karakter.

Makanya balik lagi, saya belum berani nulis karakter cowok Turki secara eksplisit karena sadar kalau saya gak banyak tahu. Apa kabar kalau pas awal nikah saya nulis ini di blog ya? Auto dikecam kayaknya karena gak sesuai dengan fakta di lapangan. Contohnya saya tulis, “Karakter cowok Turki itu setia kok.” DUAR, saya malah dapet banyak cerita gak enak soal “ketidaksetiaan” cowok Turki dari teman-teman saya (yang juga bersuamikan orang Turki). Ini aja baru berani nulis sepanjang dan segamblang ini setelah kita menikah 5 tahun HAHA. Setelah kita dengar cerita ini itu.

Jadi begini ya teman-teman. Kalian boleh banget kok nyari tahu soal karakter cowok kalian berdasarkan asal negaranya. Tetapi yang paling penting adalah, coba pelajari karakter cowok kalian sendiri (karena kadang ada juga yang gak related dengan asal negaranya). Selama berhubungan kan kalian pasti berkomunikasi, dari proses tersebut kita bisa tahu karakter seseorang walaupun tidak sepenuhnya kalian bisa baca. Ketika menikahpun sebenarnya butuh waktu beberapa waktu untuk membaca karakter suami/ pasangan kita.

Selama masa perkenalan itulah kita bisa jadi observer untuk masa depan, katakanlah demikian. Jika dirasa sifat/ karakter pasangan kita kurang ‘cocok’ untuk kita ya ada baiknya dipertimbangkan kembali. Jangan terlalu melibatkan perasaan ketika berhubungan jarak jauh, terlebih kalian belum pernah bertemu sebelumnya. Intinya, jangan dulu 100% mencintai seseorang. Jangan sampai ketika menikah nanti kalian menyesal telah memilih orang yang salah, setelah terikat pernikahan kalian akan sulit lepas. Akan ada banyak pertimbangan yang muncul ketika kalian ingin berpisah dengan pasangan ketika sudah menikah, apalagi jika kalian sudah memiliki anak. 

Sepengalaman saya sih, 'karakter' seseorang di dunia maya bisa berbeda 180% dengan karakternya di dunia nyata. Ya, namanya juga lagi PDKT kan, yang mau ditunjukin ya yang baik-baik biasanya HAHA. Tapi ada juga yang pas PDKT udah 'keliatan' karakter negatifnya yang lebih dominan (walaupun pacaran di dunia maya). Kalian tinggal timbang sendiri, lebih banyak yang positif atau negatif. Kalian sendiri yang memutuskan apakah berlanjut atau tidak, semua pilihan kalian yang buat. 

Begitu aja sih wejangan dari Mrs. Kursun, semoga semogalah ya :D


Mrs. Kursun