Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Kamis, 17 Desember 2015

Where you can find happiness?



Where?
Yup, where?

Seringkali kita melihat rumput tetangga yang lebih hijau dari rumput sendiri. Hal tersebut tentu saja membuat kita berfikir maçam-macam. Ada yang merasa rumputnya memang jelek atau ada yang berusaha membuat rumputnya sehijau milik rumput tetangga. Pemikiran seperti itu yang kadang  membuat kita melupakan hal yang paling mendasar dalam hidup, yaitu bersyukur.

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, sesuatu menjadi mudah terlihat didepan mata. Sekali klik langsung bisa tahu. Kita yang aktif di media sosial pasti sudah tidak asing dengan berbagai tautan, foto, status yang dibagikan oleh banyak pihak. Contoh kecilnya di Facebook, tentu teman-teman facebook kita sering sekali membagikan banyak hal yang menurut mereka patut diketahui. Entah itu mengenai kehidupannya yang seakan-akan sempurna dan bahagia, tentang ılmu baru yang baru saja didapatkan, perjalanan ke beberapa tempat baru dan lain sebagainya. Salah? Tidak, sah-sah saja menurut saya. Asal penyampaiannya dengan cara yang baik, sehingga orang yang melihat bisa menerimanya tanpa harus berfikiran negatif.

Semua orang punya hak untuk bahagia. Dan bahagia itu sendiri adalah sesuatu yang diciptakan. Jadi intinya seseorang bisa menciptakan kebahagiaannya sendiri-sendiri. Ada orang yang berfikir bahwa bahagia itu adalah mempunyai banyak uang. Salah? Tidak sama sekali. Memang ada beberapa orang yang menikmati kebahagiaannya dengan mempunyai banyak uang. Apa semua orang harus memiliki uang agar bahagia? Nah ini baru salah. Semua tidak harus memiliki banyak uang untuk mendapatkan kebahagiaan. Uang bukan ukuran untuk mencapai kebahagiaan. Anak jalanan terlihat bahagia sekali walaupun tidak tidur di dalam rumah mewah. Tetapi terkadang mereka bermain dengan temannya dengan penuh gelak tawa, tanpa beban. Itulah kebahagiaan untuk mereka, bermain dengan semua keterbatasannya. Menciptakan bahagia sendiri.

Seseorang yang selalu membagikan status sedih di laman media sosialnya apakah bisa dicap orang paling merana dalam hidup ini? jangan terlalu cepat memutuskan, bisa saja hidupnya lebih bahagia dari apa yang kita nilai. Begitupula dengan orang yang selalu membuat status bahagia di laman media sosialnya belum tentu bahagia, bisa jadi itu adalah salah satu caranya untuk menciptakan kebahagiaan tersendiri dari semua derita yang sebenarnya ada dalam kehidupannya.

Terkadang secara tidak sadar kita membandingkan kebahagiaan  kita dengan kebahagiaan orang lain. Ya, mungkin tanpa sadar kita pernah melakukan hal ini. ketika seseorang membagikan foto “kebahagiaan” atau “status” kebahagiaannya di dunia nyata dan dunia maya, dalam hati bisa jadi kita mencibir “Ah, hidup gue lebih bahagia kok dari elu”. Dan mulai membagikan sesuatu yang tak kalah bahagia dengan kebahagiaan yang dibagikan orang tersebut. Hal seperti inilah yang mebuat kita sulit menciptakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kita berhenti membandingkan kebahagiaan milik kita dan kebahagiaan orang lain. Cukup nikmati kebahagiaan kita tanpa harus membandingkannya. Setiap orang punya cara tersendiri untuk bahagia, tidak bisa kita samakan dengan pemikiran kita.
Lalu apa kebahagiaan untuk saya? wah banyak sekali, salah satunya dalah jalan-jalan :D

Selama masih muda dan ada tenaga, sebisa mungkin saya akan terus jalan-jalan. Tentunya bersama suami :)