Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Kamis, 02 Juli 2015

Pengalaman ngajar suami Bahasa Indonesia (lagı)

Pengalaman ngajar suami Bahasa Indonesia (lagı)

Kali ini mau nulis gaya non-formal. Entah sebenernya si aku mau “berciri-khas” seperti apa dalam menulis hihi. Yang terpenting sih si pembaca ikut terhanyut dalam tulisan aku.  ya begitulah, yang penting MENULIS. Dalam seminggu harus ada tulisan yang dihasilkan!

Alkhisah suamiku mengikuti tes untuk pendidikan master di salah satu universitas terkemuka di Ankara. Jurusan yang dia ambil adalah Pendidikan bahasa Inggris dan Sastra Asia. Beberapa hari sebelumnya suami juga mengikuti tes wawancara untuk jurusan pendidikan bahasa Inggris. Dari seluruh pelamar, hanya suami yang tidak mengambil jurusan pendidikan sebelumnya. Saat wawancara, para penguji sangat kaget bukan main karena hanya suami yang tidak mengambil bachelor pendidikan seperti yang lainnya. Karena hal tersebut suami agak pesimis bisa lolos.

Selang beberapa hari, suami mengikuti tes untuk jurusan sastra Asia. Kali ini dia sangat optimis bisa lolos di jurusan ini. Aku tanya kenapa dia bisa seoptimis ini, maka mengalirlah cerita dari mulutnya. Suami bercerita ke semua penguji bahwa dia punya istri orang Indonesia. Indonesia dan Malaysia adalah negara Asia yang pernah dikunjungi. Ketika penguji bertanya bahasa Asia mana yang suamiku kuasai, dengan mantap dia bilang Bahasa Indonesia. Para penguji meminta sertifikat kemampuan berberbahasa Indonesia dari suamiku. Jrengg..deg dag dur..! suami mengiyakan membawa sertifikat tersebut. Dan begitulah, karena hal tersebut suami sangat optimis lolos.

Suami lalu meminta saya membuatkan sertifikat tersebut sesampainya di rumah. Ya ilah masbro, aku mana bisa buat sertifikat begitu. Harus dari lembaga resmi dengan tanda tangan penanggung jawab resmi pula. Akhirnya aku menawarkan alternatif mengikuti tes berbahasa Indonesia di kampusku. Mungkin bisa saja sertifikat tersebut didapatkan secara online, tetapi ternyata tidak bisa saudara-saudara.. sertifikat tersebut harus didapatkan dengan datang ke tempat tes berbahasa Indonesia di negara Indonesia. Informasi tersebut didapatkan dari salah satu döşenku yang sudah sangat dekat denganku. Kabar baiknya, sertifikat tersebut bisa didapatkan tanpa mengikuti kursus berbahasa Indonesia di lembaga resmi.

Akhirnya demi mempersiapkan diri dalam tes tersebut, suami meminta saya untuk menjadi guru pribadinya. Hari ini saya mulai mengajari suami saya, beberapa menit berlangsung sangat menarik hingga akhirnyaaaa suami menanyakan beberapa pertanyaan yang saya sulit jawab karena saya sudah terlanjur lupa dengan jawaban dari pertanyaan suami saya. Oh GOD, ternyata banyak ilmu yang saya lupakan. Hampir setahun saya tidak belajar dan hampir setahun saya tidak mengajar juga. Rasanya ya malu, jelas-jelas pertanyaan tersebut jawabannya ada di bidang yang saya geluti selama kuliah 4 tahun.

Ilmu memang pada dasarnya harus diamalkan, kalau tidak diamalkan ya si ilmu yang kita dapatkan dengan susah payah akan hilang ditelan lupa. Hal tersebut jadi tamparan keras dan “jeplak ouch”. Aku harus mulai membaca ilmu yang sudah mulai aku “lupakan”. Kalau suami tidak pernah meminta diajarkan berbahasa Indonesia secara formal seperti ini, mungkin aku gak pernah sadar bahwa sudah banyak ilmu yang aku lupakan. Yuks mulai mebaca kembali..

Catatan Suami

5 komentar:

  1. Enaknya mau belajar bahasa Indonesia. Kalau saya pengen belajar bahasa Arab dan dia belajar bahasa Indonesia, tapi ga pernah sempet, sibuk selalu :(

    BalasHapus
  2. dıa emang dasarnya suka bahasa mbak :D
    jadı ını keıngınan sendırı belajar, ıstrınya aja bapuk gak mau belajar bahasa Turkı -_-

    BalasHapus
  3. Mbak apa saya boleh minta no whatsapp atau kontak mbak :) saya jg sdg ldr dgn org turki

    BalasHapus