Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Kamis, 26 Maret 2015

Ini Cara Kami Menikmati Travelling Kami (Travelling dari Izmir sampai Ephesus)

Ini Cara Kami Menikmati “Travelling” Kami..

Bete, itu yang dirasain ketika tau suami mau go aboard ke luar negeri tapi istrinya gaboleh ikut . Pertamakalinya setelah menikah, suami pergi keluar negeri tanpa aku. kepengen nangis, tapi ko kayak anak kecil yaaaa..udah nikah loh hehee. Tapi ketika suami bilang aku bisa ngabisin masa liburan di Izmir, itu baru luar biasa. Artinya aku bisa ngunjungin kota tua Ephesus, tempat yang bikin aku jatuh cinta sama Turki 6 tahun lalu.

Awalnya ngerasa takut pas pergi-pergi sendiri di Turki, takut nyasar. Tapi entah  kenapa ngerasa berani pergi ke Izmir, padahal lebih jauh dan atmosfir Izmir beda dari kota-kota lain di Turki. Walaupun anne ngerasa khawatir gelinnya pergi jauh sendiri, tapi apa daya rencana tak bisa diubah hehe.

Perjalanan dimulai ketika suami nganter aku ke terminal buat pergi ke Düzce. Aku bakal tinggal disana selama 2 hari sebelum ke Izmir. Malamnya suami terbang ke kyrgyzistan. Selalu gabisa nahan air mata setiap pergi ninggalin suami. Ah, begini rasanya akan LDR sementara dengan suami. Apalagi kalo nanti ditinggal suami wajib militer selama 6 bulan, apalah daya adek bang. Buang saja adek ke rawa-wawa T_T.

Perjalanan ke  Izmir memang panjang dan melelahkan, tapi suguhan panorama alam sepanjang jalan bikin mata kebanyakan melek dibanding tidur. Pada dasarnya aku memang suka banget hal-bal berbau natural, jadi ngeliat yang ijo-ijo bawaannya semangat banget.
Pukul 9 malam aku sampe Izmir dan ketemu dengan Sümeyya, temen pertama Turkiku. Setelah menelepon Anne, kita pergi ke rumah Sümeyya untuk tidur karena besok pagi kita akan menjelajah pusat kota Izmir.

Sebelumnya Sümeyya cerita soal tipikal orang Izmir. Dia bilang Izmir memang beda dengan kota-kota lain di Turki. Pengaruh sekuler disini tinggi. kebanyakan dari mereka mungkin bukan muslim. Dan pengguna kerudung disini tidak sebanyak Istanbul dan Ankara. Dia bilang, jangan aneh kalo nanti kamu diliatin banyak orang pas kamu ke pusat kota. Karena buat mereka kerudung masih tabu.

Izmir memang lebih dekat ke Yunani secara teritorial. Dari pantai dekat jam konak aku bisa liat pulau Yunani walaupun samar. Pengaruh Eropa disini sangat kuat, saking kuatnya jangan aneh ketika kita nemu orang buka kedai bir pas bulan puasa. Ini aku denger dari orang Indonesia yang nikah sama orang Turki dan menetap di Izmir cukup lama.

Temenku Sümeya kadang dianggap sebelah mata sama dosennya, kalau aja dia gak bicara pake “otak”, mungkin döşen-dosennya gak pernah ngehargain dia. Sümeyya maşuk jurusan Teknik Elektro, dan hanya dia yang menutup tubuhnya dari kepala hingga kaki, kecuali telapak tangan dan wajah. Awalnya Sümeyya juga tidak berhijab, sekitar tahun 2014 dia mulai memutuskan berhijab dan mengirim foto perdananya dengan hijab padaku. Melihat hal tersebut aku Cuma bisa bilang syukur alhamdulillah akhirnya Allah memberikan hidayah padanya, suatu keputusan yang berani diambil olehnya, berhijab di kota minoritas “islam”.
***

Kami memulai perjalanan kami hari sabtu pagi. Tujuan pertama adalah monumen jam konak. Jam tersebut sudah sangat tua, dibangun ketika Ottoman  masih berjaya. Mungkin bisa dibilang monumen jam konak adalah satu-satunya monumen peninggalan masa Ottoman yang masih terawat baik. Aku dengar masyarakat Izmir tidak suka dengan Ottoman, itu yang jadi alasan beberapa peninggalan Ottoman tidak terawat dengan baik.


(Berfoto didepan monumen jam Konak, masih terdapat sisa tulisan Osmanlı disana. beberapa sudah dihapus oleh Mustafa Kemal Ataturk)

(Mesjid di Depan Monumen Jam Konak, ruangannya kecil sekali. Hanya untuk laki-laki saja)

Beberapa bangunan peningglan Ottoman  akhirnya hanya menjadi gudang. Ini benar adanya, ketika dalam perjalanan menuju “grand bazzar” Izmir, aku lihat satu bangunan peninggalan Ottoman yang dijadikan gudang. Tidak ada satupun yang tertarik pada bangunan tersebut, mungkin hanya aku satu-satunya orang yang mengambil foto bangunan tersebut


(Bangunan peninggalan Ottoman yang akhirnya hanya menjadi gudang)


(Berfoto didepan bangunan peninggalan Ottoman yang akhirnya hanya menjadi gudang. Dibelakang tubuhku tertulis beberapa kalimat berbahasa Arab. Di Istanbul, bangunan seperti ini masih bisa ditemukan dalam keadaan terawat. Tapi di Izmir, banguan ini tidak terawat dan aku menemukan sampah di dekat bangunan ini)

Sebagai pecinta peninggalan sejarah, tentunya aku sangat sedih melihat fenomena itu. Kebencian telah membuat suatu peninggalan sejarah yang mungkin mempunyai cerita yang luar biasa terlihat tidak istimewa. Entah mengapa rakyat Izmir membenci kesultanan Ottoman, padahal yang kudengar, zaman kesultanan Ottoman adalah zaman paling makmur. Setiap warga bisa hidup damai. Walaupun ada satu kaum yang tidak memeluk agama Islam, sultan tidak pernah berlaku buruk pada mereka, bahkan sultan membebaskan mereka beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. 

Tapi memang zaman berubah dari waktu ke waktu, kadang memang tidak semua orang suka dengan hal baik, pun hal tersebut berlaku pada kesultanan Ottoman. Walaupun pada zaman tersebut semua masyarakat makmur, tapi ada masanya suatu kaum yang menggenggam masa keemasan akan tiba pada masa keterpurukan. Dan hari ini, Ottoman hanya sebuah cerita, bahwa dulu pernah ada satu kaum yang sangat kuat dan hari ini kaum tersebut hanya sebuah cerita saja.
***

Aku maşuk kedalam “grand bazzar” kecil dan mencari beberapa hadiah yang bisa kubawa  pulang. Pedagang disini lebih fasih berbahasa Inggris karena memang tempat ini menjadi tujuan utama para pelancong luar negeri membeli souvenir khas Turki. Sempat beberapa kali aku berbincang-bincang dengan penjaga toko di grand bazzar Izmir dan menemukan satu pedagang yang mempunyai teman dari Jakarta Indonesia.
Setelah puas berbelanja akhirnya kita pergi menyebrang laut dengan menggunakan kapal feri. Hal yang tidak pernah bisa aku temukan di Ankara, karena di Ankara tidak ada laut sama sekali hehe.

(Wajah sebelum menyebrang menggunakan kapal Feri)


(Laut di dekat monumen Jam Konak, Pulau Yunani terlihat samar di depan)


Setelah menyebrang laut kami akhirnya pulang dan menyiapkan rencana penjelajahan lainnya. Sümeyya seperti setengah hati mengiyakan keinginanku ke kota tua Ephesus. Perjalanan menuju kota tua Ephesus memang cukup jauh. Bisa jadi kita menghabiskan waktu seharian dalam perjalanan dan tidak bisa melihat hal lain di Izmir karena waktu kita habis menjelajahi Ephesus.

Aku juga sepertinya tidak akan bertemu dengan teh Iis Arslankaya, salah satu gelin Indonesia yang tinggal di Izmir. Padahal kami sudah merencanakan untuk bertemu, tapi apa daya waktu tak bisa kami beli. Lain kali Inşaallah aku sempatkan berkunjung ke rumah teh Iis.  

Kembali ke rencana menjelajahi Ephesusş karena Sümeyya melihat aku sangat ingin pergi ke Ephesus, dia akhirnya mengiyakan untuk mengajakku kesana walaupun itu menjadi perjalanan pertamanya juga karena selama di Izmir dia tidak pernah sekalipun berkunjung kesana. Dia menanyakan alternatif kendaraan umum yang bisa digunakan untuk pergi kesana dan berapa biaya yang harus dikeluarkan selama disana kepada temannya. Akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan kereta untuk pergi kesana pukul 11 siang. Dan untuk menghemat biaya maşuk, akhirnya aku mencoba meminjam “muzee kart” atau kartu museum kepada salah satu mahasiswa Indonesia yang tinggal di Izmir namanya Piping. Biaya maşuk ephesus cukup mahal, kita harus mengeluarkan biaya sekitar 30 TL (IDR 150.000) untuk sekali maşuk.

Tanpa percakapan lebih lanjut dengan Piping akhirnya aku tidur, begitupun dengan Sümeyya, aku hanya bilang pada Piping kalau aku mau meminjam kartunya besok dan kami berjanji akan bertemu disalah satu tempat. Tapi karena aku tidak punya paket internet, besoknya aku tidak menghubungi Piping lagi, aku udah pasrah kalau akhirnya harus mengeluarkan uang 30 TL untuk maşuk Ephesus.

Akhirnya kami benar-benar pergi ke Ephesus, tapi aku tetap tidak berharap banyak, kalau kami bisa mengejar kereta pukul 11, kami akan pergi tapi kalau tidak yaaa pilihannya  hanya menjelajah di sekitar pusat kota Izmir saja. Kami bangun agak telat pagi itu dan tidak se mpat sarapan, akhirnya kami hanya makan beberapa makanan penggajal perut saja. Kami maşuk metro pukul 11 kurang dan ketika akan keluar metro kami bertemu dengan Piping. Ya Allah, pertemuan yang tidak diduga, kalau Allah mau kita ketemu ya akhirnya ketemu juga, walaupun tidak ada komunikasi untuk bertemu tepat di jam itu. Kami berada di satu gerbong yang sama, akhirnya aku meminjam kartu museum   Piping dan dia menemani kami sebelum naik kereta. 


(Pertemuan dengan Piping)



Akhirnya petualangan dimulai, jika sesuai rencana kami akan tiba pukul 12 lewat di Selçuk dan jalan beberapa menit untuk sampai Ephesus. Sepanjang perjalanan berkali-kali kami dibuat takjub dengan pemandangan luar jendela kereta yang Msşaallah cantiknya. Ladang bunga cherry bloosom dan zeytin mendominasi “layar kaça” jendela kami. Sümeyya menyesal kenapa tidak dari dulu dia pergi kesini, dia butuh udara segar setelah berjibaku dengan bilangan angka di bangku kuliah teknik elektro.


(Pemandangan luar jendela kereta kami)

Setelah satu jam perjalanan kami siap untuk keluar dan ternyata kami baru menyadari bahwa kami melewatkan satu stasiun. Kami tidak turun di Selçuk, melainkan satu stasiun setelah Selçuk. Ah rasanya kesal sekali karena kami memang tidak mendengar kalau kereta berhenti di Selçuk, tapi kami tetap dapat teguran dari penjaga kereta karena dianggap tidak mendengarkan baik-baik pengumuman di kereta. Akhirnya dengan wajah dongkol kami keluar kereta dan sekali lagi aku dibuat takjub dengan pemandangan luar kereta. Pemandangan tempat kami tersesat di “somewhere someplace we don’t know”.
(Tersesat di Somewhere someplace we dont know dengan pemandangan mirip film-film dengan setting pedesaan di Eropa)


Sümeyya langsung menhampiri penjaga stasiun untuk bertanya kapan kereta selanjutnya akan datang, dan kami harus menahan ludah karena kereta selanjutnya akan tiba pukul 4 sore. Oke, aku pasrah kalau hari itu tidak Allah izinkan melihat Ephesus.
Sümeyya bersama dua orang perempuan lain ikut protes pada penjaga stasiun karena memang dua perempuan itu juga tidak mendengar kalau kereta berhenti di Selçuk. Ternyata dua perempuan itu senasib dengan kami. Alhamdulillah kami mendengar kabar kalau ada dolmus (bus mini) satu jam kemudian. Akhirnya kami menunggu di salah satu rumah makan.
Setelah satu jam akhirnya dolmus sampai juga ke tempat kami, seorang anak kecil disana bilang bahwa Selçuk dengan tempat kami tersesat bisa ditempuh dengan 30 menit berjalan kaki. Dia biasa mengantar turis ke Selçuk dengan berjalan kaki. Sudah terlanjur menunggu bis akhirnya kami memutuskan menunggu bis saja.

Perjalanan menuju Selçuk tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 10 menit akhirnya kami sampai ke terminal Selçuk. Kami berpisah dengan dua perempuan lain karena mereka mempunyai agenda travelling sendiri. Sebelum berpisah tentunya foto selfie tidak ketinggalan, untuk memori.

 (Berfoto dengan dua perempuan yang sama-sama tersesat dengan kami)

Setelah membeli tiket dolmus menuju Ephesus, kami menunggu sekitar 10 menit untuk pergi kesana. Akhirnyaaaaa, pejalanan kami bisa berlanjut juga ke Ephesus. Allah memang mengizinkan kami untuk melihat salah satu kota terkaya pada zamannya. Kota tua yang disebut dalam Bibble. Kota tua yang membuatku jatuh cinta pada Turki untuk pertama kalinya. Kota yang dulu aku lihat dalam acara travelling “Archipillago” Metro TV akhirnya bisa aku datangi. Rasanya masih seperti mimpi jika ingat sekita tahun 2008 lalu aku baru memimpikan mengunjungi kota ini.

(Kota Tua Ephesus)


Allah memang maha keren. Siapa sangka aku yang dulu hanya berucap “gue pengen ke Turki, pengen ngunjungin Ephesus” akhirnya benar-benar ada disini sekarang. Tak banyak orang yang seberuntung diriku. Kurang baik apa Allah sama aku, Allah pilih aku dari miliyaran orang yang mungkin juga bermimpi mengunjungi kota ini. Masih kagum sama cara yang Allah pilih buat bikin aku sampe di Turki.
Kota ini sangat besar. Sebuah  peradaban luar biasa terbentuk pada zaman tanpa teknologi modern. Sebuah kota yang hampir semua bangunannya dibangun dengan menggunakan marmer, jangan tanya berapa harga yang bisa didapat jika kita menjual semua marmer yang terdapat  pada kota ini. Harga fantastis yang akan membuat kita lebih dari sekedar miliyarder.
Allah benar-benar maha Cerdas. Membentuk orang-orang pada zaman itu dengan otak yang mungkin tidak dimiliki oleh orang pada masa kini. Perhitungan yang akurat membuat semua bangunan sempurna tanpa cacat. Sebuah teater akustik yang dibentuk setengah lingkaran yang membuat musik akustik terdengar sampai keatas bangunan bahkan luar bangunan, tetapi suara orang yang mengobrol ditempat duduk tidak akan sampai terdengar ke bawah. Betapa matangnnya perhitungan si pembuat bangunan tersebut.

 (Foto mama dan bapa di teater akustik Ephesus)


 Perlu waktu sekitar 2 jam lebih untuk menjelajahi seluruh Ephesus karena memang kota ini sangat besar sekali. Barkali-kali hati mengucap “subhanallah” kala melihat bangunan Ephesus. Tapi seperti yang aku sebutkan sebelumnya zaman berubah dari waktu ke waktu, kadang memang tidak semua orang suka dengan hal baik, pun hal tersebut berlaku pada Ephesus. Walaupun pada zaman tersebut semua masyarakat makmur, tapi ada masanya suatu kaum yang menggenggam masa keemasan akan tiba pada masa keterpurukan. Dan hari ini, Ephesus hanya sebuah cerita, bahwa dulu pernah ada satu kaum yang sangat kuat dan hari ini kaum tersebut hanya sebuah cerita saja.
Ephesus hancur sebagian karena gempa bumi pada tahun 614 SM dan kota ini semakin terpuruk karena pelabuhan yang memegang ratai perdangangan pada masa itu perlahan tertutup oleh endapan sungai Cayster (küçük menderes). Akhirnya kaum hebat  itupun menemui akhir peradaban hebatnya. Setiap bangunan tua disini menjadi saksi bisu betapa hebatnya peradaban yang dibentuk pada masa itu. Sebuah peradaban modern pada ribuan tahun lalu sebelum masehi.
Sümeyya tidak menemukan masjid untuk shalat ashar, akhirnya dia melakukan shalat di gereja tua di komplek kota Ephesus. Hanya dia satu-satunya pengunjung yang melakukan ritual ibadah shalat di bekas reruntuhan gereja tersebut. Gereja yang didedikasikan untuk bunda maria, terdapat tiga ruangan besar dalam gereja tersebut.
Waktu menunjukan pukul 5 sore, kami harus segera pulang karena jika tidak pergi sekarang kami bisa menginap selama sehari di Ephesus. Akhirnya kami meninggalkan Ephesus dalam kesunyian söre hari, Inşaallah suatu hari aku akan kembali kesana karena ada satu tempat yang tidak aku kunjungi, The Sven Sleepers cave. Gua yang ditempati oleh 7 pemuda dan satu anjing. Ketujuh pemuda dan satu anjing tersebut sudah dijamin maşuk syurga oleh allah, dipercaya anjing tersebut adalah satu-satunya anjing yang maşuk syurga. Cerita mengenai ketujuh pemuda dan satu anjing tersebut disebutkan dalam dua kitab suci yaitu Al-Quran dan Injil. Dalam Al-Quran diceritakan di surat Al-Kahf dari ayat 10 hingga 26. Terdapat beberapa pendapat berbeda mengenai keberadaan gua ashabul kahfi tersebut. Suamiku dan Sümeyya bilang letaknya di Mersin, Turki. Ada beberapa yang bilang letaknya di Jordania, Cina dan Ephesus. Wallahualam, aku tetap ingin mengunjungi Ephesus kembali suatu hari nanti ketika Allah mengizinkanku. Dan saat itu akan kujelajahi semua apa yang ada disekitar Ephesus.
Pukul 6 kereta menuju pusat kota Izmir akhirnya datang. Kami tidak menemukan tempat duduk dan terpaksa harus di lantai gerbong kereta. Kami duduk bersama dua turis lain. Dilihat dari wajahnya aku mengira mereka berasal dari India, tapi Sümeyya mengira mereka berasal dari Meksiko. Mereka yang kusuguhi senyum manisku ketika di stasiun kereka. Akhirnya kami bertegur sapa dan perkiraan Sümeyya hanya melesat sedikit, mereka berasal dari Equador sama-sama negara latin seperti Meksiko. Orang-orang yang baik. Namanya Maria dan Mousa, mereka melakukan travelling dari Mesir sampai Turki selama sebulan, siapa kira sekarang mereka menjadi temanku. Hal ini yang paling aku suka ketika travelling. Kita bisa ketemu banyak orang baru dengan latar belakang yang baru pula. Ah, aku sudah rindu travelling lagi. Dan masih banyak cerita travelling baru yang akan aku dapatkan di sini. Turki, negara tempat tinggalku sekarang, negara yang dulunya aku tulis di kertas mimpiku.
(Toilet umum di Ephesus yang cukup unik. Dudukannya dibuat dari marmer. Ketika musim dingin para bangsawan meminta para budak untuk duduk terlebih dahulu ketika para bangsawan ingin buang hajat, karena akan hangat setelah diduduki para budak. kotoran akan terbuang di air mengalir, didepan dudukan terdapat saluran air  mengalirtempat "cebok", orang yang duduk paling ujung akan mendapatkan bagian terkotor)


 (Bangunan Perpustakaan celcus di Ephesus. Bangunan sengaja dibuat ke arah timur agar cahaya matahari bisa masuk kedalam ruangan ketika pagi. Sekitar 12.000 gulungan kertas tersimpan disini)


(Reruntuhan Ephesus)


(Jalanan Utama Ephesus)


(Makam dengan peti marmer Ephesus)


(Tulisan zaman Ephesus yang terdapat pada gereja tua yang dipakai Sümeyya untuk Solat)


(Teater akustik kecil Ephesus)


(Teater Akustik utama Ephesus. Biasa dipai untuk pertunjukan akustik dan gladiator dari para budak)


(Didepan patung Perpustakaan Celcus)


(keindahan lantai Ephesus)


(Rumah burung di kota Selçuk. Pilar bangunan ini sepertinya sudah ada dari zaman Ephesus)


(Maria dan Mousa, traveller asal Equador)



3 komentar:

  1. cantik banget ya dea.. semakin tambah pengen ke turki. semoga dimudahkan. amin

    BalasHapus
  2. Inşaallah teteh :D
    ayo lıburan bareng!

    BalasHapus