Aku dan separuh agamaku

Aku dan separuh agamaku

Kamis, 18 Juni 2015

Ramadhan petama di negri Kebab..


Setelah wifi terbit,  inspirasi menulis akhirnya muncul sebanyak yang diperlukan. Karena wifi yang kuat sejalan dengan keinginan kuat untuk menulis (versi on the gue).
Jadi sekarang mau nulis pengalaman Ramadhan di negri Kebab. Sahur pertama dilakukan di rumah salah satu teman suami karena kebetulan istrinya temen suami ngundang main ke rumahnya dan suami juga pulang larut banget.
Makanan sahur ala Turki tak semeriah mentereng sahurnya orang Indonesia. Di Turki, kita makan roti, selai, yoghurt, salad dan keju-kejuan. Dan setiap hari bakal seperti itu aja makanannnya, tak ada yang istimewa hehehe.
Sahur disini gak sesantai sahur di Indonesia. Di Indonesia mungkin kita bisa sedikit leluasa buat tidur selepas tarawih. Tapi disini jangan harap kita bisa tidur leluasa selepas tarawih. Buka puasa jam 9 malem, dilanjut dengan tarawih jam 10 malem sampe jam 12 malem. Kalau tidur ya bisa-bisa gak kebagian waktu buat sahur karena imsak sekitar jam 4 subuh.
Ada tradisi ngebangunin sahur juga disini, percis di Indonesia. Mereka ngebangunin sahur pakaı drum yang dipuku-pukul ngelilingin komplek. Tapi kalau soal meriah, Indonesia juaranya. Dulu pas kecil selalu kepengen pergi sama anak laki-laki ngelilingin kampung buat bangunin orang buat sahur. Tapi karena perempuan, jadi gak dibolehin sama mamah. Sampe sekarang rasanya nyesel aja gak pernah nekat ngelakuin itu karena masa tersebut udah berlalu. Padahal kalo difikir-fikir, paling kena marah aja sama mamah dan hal itu udah biasa hehehe.
Ramadhan selalu meriah di Indonesia dan tak ada tempat semeriah penyambutan Ramadhan selain di Indonesia. Tahun ini jadi tahun pertama aku puasa sebagai istri dari anak-cucu pejuang islam terhebat di masanya. Di negara Ottoman, yang dahulu gaung kehebatannya menggema ke seluruh penjuru bumi dan kekuasaannya hampir separuh dunia. Cahaya İslam amat terang benderang kala itu, dan bisa jadi kemungkinan penyambutan Ramdhan lebih meriah dibanding hari ini.
Setiap kejayaan suatu kaum pasti akan tiba di masa kehancurannya. Layaknya roda berputar yang selalu memberikan tempat terendah dan teratas pada setiap sisinya. Hal tersebut juga berlaku di negara ini. Negara islam terhebat ini perlahan bobrok dimakan sekulerisme yang tak henti-hentinya masuk dan menabrak semua tradisi keislaman yang mendarah daging selama berabad-abad.
Dan rasa rindu merayakan Ramadhan di kampung halaman tidak serta merta ditelan pahit. Karena sejatinya bahwa salah satu tujuan hidup adalah mencari pengalaman sebanyak banyaknya. İni sejalan dengan prinsip hidupku yang aku tanamkan beberapa tahun silam, merantaulah maka kau akan menemukan jati dirimu. Suka tidak suka, ada saatnya kamu melangkah jauh dari tempat dimana kau dilahirkan. Berjalan ribuan mil dengan kedua kaki yang sudah Allah berikan sebagai bonus untuk ragamu. Mempelajari arti dari kerinduan dan kasih sayang. Untuk kemudian bersyukur karena mungkin posisiku sekarang adalah posisi yang jutaan orang lain harapkan.
Dari kejauhan, mesjid-mesjid ala Turki berdiri dengan kokohnya. Dan ada sematan kalimat “Hoş geldin ya Sher-ı Ramazan” di sebagian bangunannya. Kalimat ini berarti “Selamat datang ya Ramadhan”.
Tak meriah bukan berarti tak menyambut dengan baik. Justri orang Turki sangat menantikan bulan penuh barokah ini dengan cara lain. Mesjid selalu dipenuhi oleh orang-orang  di bulan ini. Baik untuk shalat, tadarus atau bahkan hanya sekedar berdialog dengan Allah.
Dan aku tentu harus siap dengan pengalaman puasa terpanjang pertama ini, 19 jam. Lalu apa pantas kita mengeluh “lapar,  haus dan capek” di durasi puasa 12 jam? Di swedia bahkan mereka harus menahan lapar dan haus selama 22 jam.

Berhentilah mengeluh.


1 komentar:

  1. Hai Dea,

    Senang sekali menemukan blog ini. Pertama ngikutin kamu di youtube lalu baru2 ini follow ig mu dan ketika tau kamu punya blog, kayaknya kamu versi blog adalah favorit saya. Heheheh.

    Belakangan ini saya juga suka dengan bahasa dan culture Turki gara2 drama Turki. Saya sedang pelan2 belajar Türkçe dan semoga suatu saat diberi rejeki untuk berkunjung ke Turki dan mungkin bisa bertemu kamu.

    Amin.

    BalasHapus