Pengalaman
ngajar suami Bahasa Indonesia (lagı)
Kali
ini mau nulis gaya non-formal. Entah sebenernya si aku mau “berciri-khas” seperti
apa dalam menulis hihi. Yang terpenting sih si pembaca ikut terhanyut dalam
tulisan aku. ya begitulah, yang penting
MENULIS. Dalam seminggu harus ada tulisan yang dihasilkan!
Alkhisah
suamiku mengikuti tes untuk pendidikan master di salah satu universitas
terkemuka di Ankara. Jurusan yang dia ambil adalah Pendidikan bahasa Inggris
dan Sastra Asia. Beberapa hari sebelumnya suami juga mengikuti tes wawancara
untuk jurusan pendidikan bahasa Inggris. Dari seluruh pelamar, hanya suami yang
tidak mengambil jurusan pendidikan sebelumnya. Saat wawancara, para penguji
sangat kaget bukan main karena hanya suami yang tidak mengambil bachelor
pendidikan seperti yang lainnya. Karena hal tersebut suami agak pesimis bisa
lolos.
Selang
beberapa hari, suami mengikuti tes untuk jurusan sastra Asia. Kali ini dia
sangat optimis bisa lolos di jurusan ini. Aku tanya kenapa dia bisa seoptimis
ini, maka mengalirlah cerita dari mulutnya. Suami bercerita ke semua penguji
bahwa dia punya istri orang Indonesia. Indonesia dan Malaysia adalah negara Asia
yang pernah dikunjungi. Ketika penguji bertanya bahasa Asia mana yang suamiku
kuasai, dengan mantap dia bilang Bahasa Indonesia. Para penguji meminta
sertifikat kemampuan berberbahasa Indonesia dari suamiku. Jrengg..deg dag
dur..! suami mengiyakan membawa sertifikat tersebut. Dan begitulah, karena hal
tersebut suami sangat optimis lolos.
Suami
lalu meminta saya membuatkan sertifikat tersebut sesampainya di rumah. Ya ilah
masbro, aku mana bisa buat sertifikat begitu. Harus dari lembaga resmi dengan
tanda tangan penanggung jawab resmi pula. Akhirnya aku menawarkan alternatif mengikuti
tes berbahasa Indonesia di kampusku. Mungkin bisa saja sertifikat tersebut
didapatkan secara online, tetapi ternyata tidak bisa saudara-saudara.. sertifikat
tersebut harus didapatkan dengan datang ke tempat tes berbahasa Indonesia di
negara Indonesia. Informasi tersebut didapatkan dari salah satu döşenku yang
sudah sangat dekat denganku. Kabar baiknya, sertifikat tersebut bisa didapatkan
tanpa mengikuti kursus berbahasa Indonesia di lembaga resmi.
Akhirnya
demi mempersiapkan diri dalam tes tersebut, suami meminta saya untuk menjadi
guru pribadinya. Hari ini saya mulai mengajari suami saya, beberapa menit
berlangsung sangat menarik hingga akhirnyaaaa suami menanyakan beberapa
pertanyaan yang saya sulit jawab karena saya sudah terlanjur lupa dengan
jawaban dari pertanyaan suami saya. Oh GOD, ternyata banyak ilmu yang saya
lupakan. Hampir setahun saya tidak belajar dan hampir setahun saya tidak
mengajar juga. Rasanya ya malu, jelas-jelas pertanyaan tersebut jawabannya ada
di bidang yang saya geluti selama kuliah 4 tahun.
Ilmu
memang pada dasarnya harus diamalkan, kalau tidak diamalkan ya si ilmu yang
kita dapatkan dengan susah payah akan hilang ditelan lupa. Hal tersebut jadi
tamparan keras dan “jeplak ouch”. Aku harus mulai membaca ilmu yang sudah mulai
aku “lupakan”. Kalau suami tidak pernah meminta diajarkan berbahasa Indonesia
secara formal seperti ini, mungkin aku gak pernah sadar bahwa sudah banyak ilmu
yang aku lupakan. Yuks mulai mebaca kembali..
Catatan Suami
Enaknya mau belajar bahasa Indonesia. Kalau saya pengen belajar bahasa Arab dan dia belajar bahasa Indonesia, tapi ga pernah sempet, sibuk selalu :(
BalasHapusdıa emang dasarnya suka bahasa mbak :D
BalasHapusjadı ını keıngınan sendırı belajar, ıstrınya aja bapuk gak mau belajar bahasa Turkı -_-
❤❤❤
BalasHapusMbak apa saya boleh minta no whatsapp atau kontak mbak :) saya jg sdg ldr dgn org turki
BalasHapusMbak boleh minta kontak wa nya
BalasHapus