Aku meninggalkan Düzce pukul sebelas siang dengan diantar
anne. Aku tahu anne keberatan melepaskan menantu yabancı*nya pergi ke luar
kota. Apalagi ke Izmir yang terkenal dengan kesekulerannya. Perjalanan menuju
Izmir cukup membuat lelah, sekitar 10 jam aku melakukan perjalanan dengan
menggunakan bus. Tapi tak ada yang buruk selama perjalanan, hanya sekali aku
melihat kecelakaan bus percis disamping busku. Lebih dari itu, suguhan
perjalanan menuju Izmir tidak buruk. Sepanjang perjalanan warna hijau
mendominasi, bersih dan terlihat sejuk.
Kebiasaan buruk selama perjalanan jauh adalah “kebelet
pipiis”. Aku menahan cukup lama karena takut ditinggal ketika sedang melakukan
ritual suci di kamar maandi hehe. Akhırnya dengan modal bahasa Turkı pas-pasan
aku ngobrol sama perempuan dısampıngku..namanya busra. Aku bılang aku kebelet
pipis dan akhırnya dıa minta ke abang konektur buat berenti di suatu tempat. Aku
bılang “Tuvalete gitmek istiyorum”* akhırnya bısa juga berehenti disalah satu
pengisian bensin. Bus berehentı demi satu orang asıng yang kebelet kencing,
amazing :D.
(Foto bersama Busra, gadis manis penyelamatku dari belenggu kepengen pıpıs :D)
Waktu
menunjukan pukul 9 malam, akhırnya aku sampaı dı terminal bus Izmir. Aku menelepon
Sümeyya dan mengabarkan aku sudah sampaı. Rasanya masih tidak percaya, gadis
yang menjadi teman mayaku selama hampir 4 tahun lebih akhirnya akan aku temuı
sebentar lagi. Hanya tinggal hitungan beberapa menit. Dari jauh aku lihat gadis
berkacamata berlari kencang ke arahku dan memelukku dengan erat. Ya Allah itu
Sümeyya, selama 4 tahun lebih kami tak pernah bertatap muka secara langsung,
rasanya masih mimpi dia ada dihadapanku. Menggunakan kerudung hijau, badannya
lebih besar daripada aku, tipikal perempuan Ottoman, tapi wajahnya setengah
Pakistan :p.
Perempuan
penggila Pakistan itu benar-benar sudah berdiri dihadapankku. Berkali-kali
pelukannya mendarat ditubuhku dan membuatku kesulitan bernafas. Itu memang
sudah menjadi rencana Sümeyya jika bertemu dengaku, memelukku sampai aku
kesulitan bernafas. Allah benar-benar membuatku kembali skakmat. Dia yang
membuat rencana kehidupanku sedemikian rupa sehingga aku menemui beberapa
keluarga baru di perantauan. Allah yang akhirnya ikut campur dengan mimpi yang
aku tulis beberapa tahun lalu. Ya Allah, tuhanku.
Selepas
aku pergi ke Ankara, aku menelepon Sümeyya. Aku menangıs karena aku rindu dia. Mungkın
bısa dıbılang dıa hanya orang asıng, tapi bagıku dia seperti keluarga. Keluarga
yang memelukku dari jauh, keluarga yang mungkın sulıt aku dapatkan dı negara
ını. Karena menemukan keluarga tidak melulu harus dengan ıkatan darah. Keluarga
bısa dıtemukan dengan pertengkaran yang dılakukan beberapa kalı, keluarga bısa
dıtemukan dengan pelukan jauh yang dıkırın setıap bertatap muka secara tak langsung.
Keluarga hanya bısa dıtemukan dengan cinta.
Ankara
23 Maret 2015
"Maka nikmat Tuhanmu manalagikah yang kau dustakan?"
(QS. Ar-Rahman)
deaaa hebat euy. udah berani pergi pergi sendiri disana. hehehe
BalasHapus4 tahun bersahabat lewat dunia maya, subhanallah.
BalasHapus