Ini Cara Kami
Menikmati “Travelling” Kami..
Bete, itu yang
dirasain ketika tau suami mau go aboard ke luar negeri tapi istrinya gaboleh
ikut . Pertamakalinya setelah menikah, suami pergi keluar negeri tanpa aku. kepengen
nangis, tapi ko kayak anak kecil yaaaa..udah nikah loh hehee. Tapi ketika suami
bilang aku bisa ngabisin masa liburan di Izmir, itu baru luar biasa. Artinya aku
bisa ngunjungin kota tua Ephesus, tempat yang bikin aku jatuh cinta sama Turki
6 tahun lalu.
Awalnya ngerasa
takut pas pergi-pergi sendiri di Turki, takut nyasar. Tapi entah kenapa ngerasa berani pergi ke Izmir, padahal
lebih jauh dan atmosfir Izmir beda dari kota-kota lain di Turki. Walaupun anne
ngerasa khawatir gelinnya pergi jauh sendiri, tapi apa daya rencana tak bisa
diubah hehe.
Perjalanan dimulai
ketika suami nganter aku ke terminal buat pergi ke Düzce. Aku bakal tinggal
disana selama 2 hari sebelum ke Izmir. Malamnya suami terbang ke kyrgyzistan. Selalu
gabisa nahan air mata setiap pergi ninggalin suami. Ah, begini rasanya akan LDR
sementara dengan suami. Apalagi kalo nanti ditinggal suami wajib militer selama
6 bulan, apalah daya adek bang. Buang saja adek ke rawa-wawa T_T.
Perjalanan ke Izmir memang panjang dan melelahkan, tapi
suguhan panorama alam sepanjang jalan bikin mata kebanyakan melek dibanding
tidur. Pada dasarnya aku memang suka banget hal-bal berbau natural, jadi
ngeliat yang ijo-ijo bawaannya semangat banget.
Pukul 9 malam
aku sampe Izmir dan ketemu dengan Sümeyya, temen pertama Turkiku. Setelah menelepon
Anne, kita pergi ke rumah Sümeyya untuk tidur karena besok pagi kita akan
menjelajah pusat kota Izmir.
Sebelumnya Sümeyya
cerita soal tipikal orang Izmir. Dia bilang Izmir memang beda dengan kota-kota
lain di Turki. Pengaruh sekuler disini tinggi. kebanyakan dari mereka mungkin
bukan muslim. Dan pengguna kerudung disini tidak sebanyak Istanbul dan Ankara. Dia
bilang, jangan aneh kalo nanti kamu diliatin banyak orang pas kamu ke pusat
kota. Karena buat mereka kerudung masih tabu.
Izmir memang
lebih dekat ke Yunani secara teritorial. Dari pantai dekat jam konak aku bisa
liat pulau Yunani walaupun samar. Pengaruh Eropa disini sangat kuat, saking
kuatnya jangan aneh ketika kita nemu orang buka kedai bir pas bulan puasa. Ini
aku denger dari orang Indonesia yang nikah sama orang Turki dan menetap di
Izmir cukup lama.
Temenku Sümeya
kadang dianggap sebelah mata sama dosennya, kalau aja dia gak bicara pake “otak”,
mungkin döşen-dosennya gak pernah ngehargain dia. Sümeyya maşuk jurusan Teknik
Elektro, dan hanya dia yang menutup tubuhnya dari kepala hingga kaki, kecuali
telapak tangan dan wajah. Awalnya Sümeyya juga tidak berhijab, sekitar tahun
2014 dia mulai memutuskan berhijab dan mengirim foto perdananya dengan hijab
padaku. Melihat hal tersebut aku Cuma bisa bilang syukur alhamdulillah akhirnya
Allah memberikan hidayah padanya, suatu keputusan yang berani diambil olehnya, berhijab
di kota minoritas “islam”.
***
Kami memulai
perjalanan kami hari sabtu pagi. Tujuan pertama adalah monumen jam konak. Jam tersebut
sudah sangat tua, dibangun ketika Ottoman
masih berjaya. Mungkin bisa dibilang monumen jam konak adalah
satu-satunya monumen peninggalan masa Ottoman yang masih terawat baik. Aku dengar
masyarakat Izmir tidak suka dengan Ottoman, itu yang jadi alasan beberapa
peninggalan Ottoman tidak terawat dengan baik.
(Berfoto didepan monumen jam Konak, masih terdapat sisa tulisan Osmanlı disana. beberapa sudah dihapus oleh Mustafa Kemal Ataturk)
(Mesjid di Depan Monumen Jam Konak, ruangannya kecil sekali. Hanya untuk laki-laki saja)
Beberapa bangunan peningglan Ottoman akhirnya hanya menjadi gudang. Ini benar
adanya, ketika dalam perjalanan menuju “grand bazzar” Izmir, aku lihat satu
bangunan peninggalan Ottoman yang dijadikan gudang. Tidak ada satupun yang
tertarik pada bangunan tersebut, mungkin hanya aku satu-satunya orang yang mengambil
foto bangunan tersebut
(Bangunan peninggalan Ottoman yang akhirnya hanya menjadi gudang)
(Berfoto didepan bangunan peninggalan Ottoman yang akhirnya hanya menjadi gudang. Dibelakang tubuhku tertulis beberapa kalimat berbahasa Arab. Di Istanbul, bangunan seperti ini masih bisa ditemukan dalam keadaan terawat. Tapi di Izmir, banguan ini tidak terawat dan aku menemukan sampah di dekat bangunan ini)
Sebagai pecinta
peninggalan sejarah, tentunya aku sangat sedih melihat fenomena itu. Kebencian telah
membuat suatu peninggalan sejarah yang mungkin mempunyai cerita yang luar biasa
terlihat tidak istimewa. Entah mengapa rakyat Izmir membenci kesultanan
Ottoman, padahal yang kudengar, zaman kesultanan Ottoman adalah zaman paling
makmur. Setiap warga bisa hidup damai. Walaupun ada satu kaum yang tidak
memeluk agama Islam, sultan tidak pernah berlaku buruk pada mereka, bahkan
sultan membebaskan mereka beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Tapi memang
zaman berubah dari waktu ke waktu, kadang memang tidak semua orang suka dengan
hal baik, pun hal tersebut berlaku pada kesultanan Ottoman. Walaupun pada zaman
tersebut semua masyarakat makmur, tapi ada masanya suatu kaum yang menggenggam
masa keemasan akan tiba pada masa keterpurukan. Dan hari ini, Ottoman hanya
sebuah cerita, bahwa dulu pernah ada satu kaum yang sangat kuat dan hari ini
kaum tersebut hanya sebuah cerita saja.
***
Aku maşuk kedalam
“grand bazzar” kecil dan mencari beberapa hadiah yang bisa kubawa pulang. Pedagang disini lebih fasih berbahasa
Inggris karena memang tempat ini menjadi tujuan utama para pelancong luar
negeri membeli souvenir khas Turki. Sempat beberapa kali aku berbincang-bincang
dengan penjaga toko di grand bazzar Izmir dan menemukan satu pedagang yang
mempunyai teman dari Jakarta Indonesia.
Setelah puas
berbelanja akhirnya kita pergi menyebrang laut dengan menggunakan kapal feri. Hal
yang tidak pernah bisa aku temukan di Ankara, karena di Ankara tidak ada laut
sama sekali hehe.
(Wajah sebelum menyebrang menggunakan kapal Feri)
(Laut di dekat monumen Jam Konak, Pulau Yunani terlihat samar di depan)
Setelah menyebrang
laut kami akhirnya pulang dan menyiapkan rencana penjelajahan lainnya. Sümeyya seperti
setengah hati mengiyakan keinginanku ke kota tua Ephesus. Perjalanan menuju
kota tua Ephesus memang cukup jauh. Bisa jadi kita menghabiskan waktu seharian
dalam perjalanan dan tidak bisa melihat hal lain di Izmir karena waktu kita
habis menjelajahi Ephesus.
Aku juga
sepertinya tidak akan bertemu dengan teh Iis Arslankaya, salah satu gelin
Indonesia yang tinggal di Izmir. Padahal kami sudah merencanakan untuk bertemu,
tapi apa daya waktu tak bisa kami beli. Lain kali Inşaallah aku sempatkan
berkunjung ke rumah teh Iis.
Kembali ke
rencana menjelajahi Ephesusş karena Sümeyya melihat aku sangat ingin pergi ke
Ephesus, dia akhirnya mengiyakan untuk mengajakku kesana walaupun itu menjadi
perjalanan pertamanya juga karena selama di Izmir dia tidak pernah sekalipun
berkunjung kesana. Dia menanyakan alternatif kendaraan umum yang bisa digunakan
untuk pergi kesana dan berapa biaya yang harus dikeluarkan selama disana kepada
temannya. Akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan kereta untuk pergi kesana
pukul 11 siang. Dan untuk menghemat biaya maşuk, akhirnya aku mencoba meminjam “muzee
kart” atau kartu museum kepada salah satu mahasiswa Indonesia yang tinggal di
Izmir namanya Piping. Biaya maşuk ephesus cukup mahal, kita harus mengeluarkan
biaya sekitar 30 TL (IDR 150.000) untuk sekali maşuk.
Tanpa percakapan
lebih lanjut dengan Piping akhirnya aku tidur, begitupun dengan Sümeyya, aku
hanya bilang pada Piping kalau aku mau meminjam kartunya besok dan kami
berjanji akan bertemu disalah satu tempat. Tapi karena aku tidak punya paket
internet, besoknya aku tidak menghubungi Piping lagi, aku udah pasrah kalau
akhirnya harus mengeluarkan uang 30 TL untuk maşuk Ephesus.
Akhirnya kami
benar-benar pergi ke Ephesus, tapi aku tetap tidak berharap banyak, kalau kami
bisa mengejar kereta pukul 11, kami akan pergi tapi kalau tidak yaaa
pilihannya hanya menjelajah di sekitar
pusat kota Izmir saja. Kami bangun agak telat pagi itu dan tidak se mpat
sarapan, akhirnya kami hanya makan beberapa makanan penggajal perut saja. Kami maşuk
metro pukul 11 kurang dan ketika akan keluar metro kami bertemu dengan Piping. Ya
Allah, pertemuan yang tidak diduga, kalau Allah mau kita ketemu ya akhirnya
ketemu juga, walaupun tidak ada komunikasi untuk bertemu tepat di jam itu. Kami
berada di satu gerbong yang sama, akhirnya aku meminjam kartu museum Piping dan dia menemani kami sebelum naik
kereta.
Akhirnya petualangan dimulai, jika sesuai rencana
kami akan tiba pukul 12 lewat di Selçuk dan jalan beberapa menit untuk sampai
Ephesus. Sepanjang perjalanan berkali-kali kami dibuat takjub dengan
pemandangan luar jendela kereta yang Msşaallah cantiknya. Ladang bunga cherry
bloosom dan zeytin mendominasi “layar kaça” jendela kami. Sümeyya menyesal
kenapa tidak dari dulu dia pergi kesini, dia butuh udara segar setelah
berjibaku dengan bilangan angka di bangku kuliah teknik elektro.
Perlu waktu
sekitar 2 jam lebih untuk menjelajahi seluruh Ephesus karena memang kota ini
sangat besar sekali. Barkali-kali hati mengucap “subhanallah” kala melihat
bangunan Ephesus. Tapi seperti yang aku sebutkan sebelumnya zaman berubah dari
waktu ke waktu, kadang memang tidak semua orang suka dengan hal baik, pun hal
tersebut berlaku pada Ephesus. Walaupun pada zaman tersebut semua masyarakat makmur,
tapi ada masanya suatu kaum yang menggenggam masa keemasan akan tiba pada masa
keterpurukan. Dan hari ini, Ephesus hanya sebuah cerita, bahwa dulu pernah ada
satu kaum yang sangat kuat dan hari ini kaum tersebut hanya sebuah cerita saja.
(Pemandangan luar jendela kereta kami)
Setelah satu
jam perjalanan kami siap untuk keluar dan ternyata kami baru menyadari bahwa
kami melewatkan satu stasiun. Kami tidak turun di Selçuk, melainkan satu
stasiun setelah Selçuk. Ah rasanya kesal sekali karena kami memang tidak
mendengar kalau kereta berhenti di Selçuk, tapi kami tetap dapat teguran dari
penjaga kereta karena dianggap tidak mendengarkan baik-baik pengumuman di
kereta. Akhirnya dengan wajah dongkol kami keluar kereta dan sekali lagi aku
dibuat takjub dengan pemandangan luar kereta. Pemandangan tempat kami tersesat
di “somewhere someplace we don’t know”.
(Tersesat di Somewhere someplace we dont know dengan pemandangan mirip film-film dengan setting pedesaan di Eropa)
Sümeyya langsung
menhampiri penjaga stasiun untuk bertanya kapan kereta selanjutnya akan datang,
dan kami harus menahan ludah karena kereta selanjutnya akan tiba pukul 4 sore. Oke,
aku pasrah kalau hari itu tidak Allah izinkan melihat Ephesus.
Sümeyya bersama
dua orang perempuan lain ikut protes pada penjaga stasiun karena memang dua
perempuan itu juga tidak mendengar kalau kereta berhenti di Selçuk. Ternyata dua
perempuan itu senasib dengan kami. Alhamdulillah kami mendengar kabar kalau ada
dolmus (bus mini) satu jam kemudian. Akhirnya kami menunggu di salah satu rumah
makan.
Setelah satu
jam akhirnya dolmus sampai juga ke tempat kami, seorang anak kecil disana
bilang bahwa Selçuk dengan tempat kami tersesat bisa ditempuh dengan 30 menit
berjalan kaki. Dia biasa mengantar turis ke Selçuk dengan berjalan kaki. Sudah terlanjur
menunggu bis akhirnya kami memutuskan menunggu bis saja.
Perjalanan
menuju Selçuk tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 10 menit akhirnya kami
sampai ke terminal Selçuk. Kami berpisah dengan dua perempuan lain karena
mereka mempunyai agenda travelling sendiri. Sebelum berpisah tentunya foto
selfie tidak ketinggalan, untuk memori.
(Berfoto dengan dua perempuan yang sama-sama tersesat dengan kami)
Setelah membeli
tiket dolmus menuju Ephesus, kami menunggu sekitar 10 menit untuk pergi kesana.
Akhirnyaaaaa, pejalanan kami bisa berlanjut juga ke Ephesus. Allah memang
mengizinkan kami untuk melihat salah satu kota terkaya pada zamannya. Kota tua
yang disebut dalam Bibble. Kota tua yang membuatku jatuh cinta pada Turki untuk
pertama kalinya. Kota yang dulu aku lihat dalam acara travelling “Archipillago”
Metro TV akhirnya bisa aku datangi. Rasanya masih seperti mimpi jika ingat
sekita tahun 2008 lalu aku baru memimpikan mengunjungi kota ini.
(Kota Tua Ephesus)
Allah memang
maha keren. Siapa sangka aku yang dulu hanya berucap “gue pengen ke Turki,
pengen ngunjungin Ephesus” akhirnya benar-benar ada disini sekarang. Tak banyak
orang yang seberuntung diriku. Kurang baik apa Allah sama aku, Allah pilih aku
dari miliyaran orang yang mungkin juga bermimpi mengunjungi kota ini. Masih kagum
sama cara yang Allah pilih buat bikin aku sampe di Turki.
Kota ini
sangat besar. Sebuah peradaban luar
biasa terbentuk pada zaman tanpa teknologi modern. Sebuah kota yang hampir
semua bangunannya dibangun dengan menggunakan marmer, jangan tanya berapa harga
yang bisa didapat jika kita menjual semua marmer yang terdapat pada kota ini. Harga fantastis yang akan
membuat kita lebih dari sekedar miliyarder.
Allah benar-benar
maha Cerdas. Membentuk orang-orang pada zaman itu dengan otak yang mungkin
tidak dimiliki oleh orang pada masa kini. Perhitungan yang akurat membuat semua
bangunan sempurna tanpa cacat. Sebuah teater akustik yang dibentuk setengah
lingkaran yang membuat musik akustik terdengar sampai keatas bangunan bahkan
luar bangunan, tetapi suara orang yang mengobrol ditempat duduk tidak akan
sampai terdengar ke bawah. Betapa matangnnya perhitungan si pembuat
bangunan tersebut.
(Foto mama dan bapa di teater akustik Ephesus)
Ephesus hancur
sebagian karena gempa bumi pada tahun 614 SM dan kota ini semakin terpuruk
karena pelabuhan yang memegang ratai perdangangan pada masa itu perlahan
tertutup oleh endapan sungai Cayster (küçük menderes). Akhirnya kaum hebat itupun menemui akhir peradaban hebatnya. Setiap
bangunan tua disini menjadi saksi bisu betapa hebatnya peradaban yang dibentuk
pada masa itu. Sebuah peradaban modern pada ribuan tahun lalu sebelum masehi.
Sümeyya tidak
menemukan masjid untuk shalat ashar, akhirnya dia melakukan shalat di gereja
tua di komplek kota Ephesus. Hanya dia satu-satunya pengunjung yang melakukan
ritual ibadah shalat di bekas reruntuhan gereja tersebut. Gereja yang
didedikasikan untuk bunda maria, terdapat tiga ruangan besar dalam gereja
tersebut.
Waktu menunjukan
pukul 5 sore, kami harus segera pulang karena jika tidak pergi sekarang kami
bisa menginap selama sehari di Ephesus. Akhirnya kami meninggalkan Ephesus
dalam kesunyian söre hari, Inşaallah suatu hari aku akan kembali kesana karena
ada satu tempat yang tidak aku kunjungi, The Sven Sleepers cave. Gua yang
ditempati oleh 7 pemuda dan satu anjing. Ketujuh pemuda dan satu anjing
tersebut sudah dijamin maşuk syurga oleh allah, dipercaya anjing tersebut
adalah satu-satunya anjing yang maşuk syurga. Cerita mengenai ketujuh pemuda
dan satu anjing tersebut disebutkan dalam dua kitab suci yaitu Al-Quran dan
Injil. Dalam Al-Quran diceritakan di surat Al-Kahf dari ayat 10 hingga 26. Terdapat
beberapa pendapat berbeda mengenai keberadaan gua ashabul kahfi tersebut. Suamiku
dan Sümeyya bilang letaknya di Mersin, Turki. Ada beberapa yang bilang letaknya
di Jordania, Cina dan Ephesus. Wallahualam, aku tetap ingin mengunjungi Ephesus
kembali suatu hari nanti ketika Allah mengizinkanku. Dan saat itu akan kujelajahi
semua apa yang ada disekitar Ephesus.
Pukul 6 kereta
menuju pusat kota Izmir akhirnya datang. Kami tidak menemukan tempat duduk dan
terpaksa harus di lantai gerbong kereta. Kami duduk bersama dua turis lain. Dilihat
dari wajahnya aku mengira mereka berasal dari India, tapi Sümeyya mengira
mereka berasal dari Meksiko. Mereka yang kusuguhi senyum manisku ketika di
stasiun kereka. Akhirnya kami bertegur sapa dan perkiraan Sümeyya hanya melesat
sedikit, mereka berasal dari Equador sama-sama negara latin seperti Meksiko. Orang-orang
yang baik. Namanya Maria dan Mousa, mereka melakukan travelling dari Mesir
sampai Turki selama sebulan, siapa kira sekarang mereka menjadi temanku. Hal ini
yang paling aku suka ketika travelling. Kita bisa ketemu banyak orang baru
dengan latar belakang yang baru pula. Ah, aku sudah rindu travelling lagi. Dan masih
banyak cerita travelling baru yang akan aku dapatkan di sini. Turki, negara
tempat tinggalku sekarang, negara yang dulunya aku tulis di kertas mimpiku.
(Toilet umum di Ephesus yang cukup unik. Dudukannya dibuat dari marmer. Ketika musim dingin para bangsawan meminta para budak untuk duduk terlebih dahulu ketika para bangsawan ingin buang hajat, karena akan hangat setelah diduduki para budak. kotoran akan terbuang di air mengalir, didepan dudukan terdapat saluran air mengalirtempat "cebok", orang yang duduk paling ujung akan mendapatkan bagian terkotor)
(Bangunan Perpustakaan celcus di Ephesus. Bangunan sengaja dibuat ke arah timur agar cahaya matahari bisa masuk kedalam ruangan ketika pagi. Sekitar 12.000 gulungan kertas tersimpan disini)
(Reruntuhan Ephesus)
(Jalanan Utama Ephesus)
(Makam dengan peti marmer Ephesus)
(Tulisan zaman Ephesus yang terdapat pada gereja tua yang dipakai Sümeyya untuk Solat)
(Teater akustik kecil Ephesus)
(Teater Akustik utama Ephesus. Biasa dipai untuk pertunjukan akustik dan gladiator dari para budak)
(Didepan patung Perpustakaan Celcus)
(keindahan lantai Ephesus)
(Rumah burung di kota Selçuk. Pilar bangunan ini sepertinya sudah ada dari zaman Ephesus)
(Maria dan Mousa, traveller asal Equador)