Gambar oleh @audiakursun.art
Kapan
terakhir kali kita berterima kasih pada diri sendiri?
Pernahkan terpikir bahwa kita seringkali lupa
untuk mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang dan
bertahan sejauh ini? Bahkan, mungkin beberapa orang tidak pernah membayangkan bahwa
mereka akan berjuang melawan masalah kesehatan mental karena kurang mencintai
diri sendiri.
Orang yang mencintai
diri sendiri biasanya akan menganggap dirinya berharga, terlepas dari kelemahan
yang dimiliki atau penilaian negatif sekitar, namun tidak memandang rendah
orang lain. Berbeda dengan narsistik yang cenderung mengagumi dirinya dan terkesan
meremehkan orang lain. Orang narsis juga biasanya mudah tersinggung dengan
kritik atau komentar orang lain.
Mereka yang mencintai
dirinya sendiri, biasanya akan berpikir bahwa banyak sekali hal yang tidak bisa
ia kendalikan dalam hidup ini. Ia pun sangat memaklumi kegagalan. Meski
demikian, kegagalan tidak ia maknai sebagai suatu kesialan dan cerminan
kelemahan diri dalam segala hal. Ia akan lebih fokus kepada apa yang bisa dikendalikan,
seperti cara berpikir, reaksi emosi, serta usaha yang dapat dilakukan.
Dalam mencintai diri
sendiri, adalah hal yang salah jika kita masih membandingkan diri dengan orang
lain. Sayangnya, seringkali banyak yang kecolongan. Kita perlu menghargai
setiap perkembangan yang kita lakukan, sekecil apapun perkembangan itu. Mungkin
tidak secepat orang lain, tetapi harus tetap kita hargai.
“Kemarin
saya tidak terlalu baik, namun hari ini harus lebih baik.”
Mencintai diri sendiri
bukan berarti menyangkal keberadaan perasaan negatif. Penting untuk menyadari
emosi yang kita rasakan dan sejenak memberikan ruang pada diri ini. Emosi
negatif sangat wajar terjadi, terlebih ada banyak hal yang tidak bisa kita
kendalikan dalam hidup. Orang yang mencintai dirinya akan sadar dan tidak ragu
mencari bantuan ketika ia butuh seseorang untuk mendengarkan, bercerita, dan bersandar.
Mereka bukannya mudah bergantung pada orang lain, tetapi karena sadar betul
dengan kapasitas dirinya. Meski demikian, bergantung sepenuhnya pada orang lain
juga tidak bisa dibenarkan.
Ada beberapa afirmasi
yang bisa kita tanamkan pada diri sendiri ketika sinyal 'tidak baik-baik saja' datang.
·
Saat mengalami situasi buruk, tanamkan
dalam pikiran kita, bahwa segala situasi buruk ini tidak akan bertahan
selamanya. This too shall pass.
·
Maknai situasi yang penuh dengan tekanan
menjadi sesuatu yang memberikan kamu ruang untuk belajar.
·
Situasi sulit tidak hanya datang dari kesalahan
sendiri atau orang lain, melainkan dari faktor-faktor di luar kendali kita yang
tidak dapat dikendalikan.
·
Saat mengalami kegagalan, tanamkan dalam
pikiran bahwa satu kegagalan bukan berarti kita gagal dalam segala hal. Contoh
sederhananya adalah ketika kita diputuskan oleh pacar. Hal tersebut bukan berarti
kita adalah orang yang buruk dan tidak layak mendapatkan cinta.
·
Apresiasi dari orang lain memang perlu,
namun jangan pernah lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Terkadang, kita juga
tidak memiliki kendali akan pandangan orang lain terhadap kita. Meski demikian,
tentu kita harus tetap berusaha menghormati orang lain.
·
Apresiasi setiap perubahan positif yang
terjadi pada diri kita, sekecil apapun itu. Perlahan-lahan kita akan merasa
lebih kuat, lebih berharga, dan lebih berguna. Hal ini dapat mendorong kita
untuk lebih baik dalam melawan ketidakberdayaan menjalalani rintangan hidup.
I’am
Enough, I’am Worthy
Saya sudah sangat hebat bisa
bertahan sejauh ini. Saya layak bahagia, saya layak dicintai. Saya memiliki banyak
alasan untuk berbahagia, dimulai dengan mencintai diri sendiri. Waktu terlalu
berharga untuk dihabiskan dalam meratapi ketidakberdayaan saya terhadap sesuatu. Semua
orang pernah mengalami hal buruk, itu wajar terjadi. Tidak apa-apa mengaku
kalau saya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Cukup ambil waktu
sejenak untuk bisa berbincang dengan diri sendiri. Saya juga boleh menangis, butuh
tindakan untuk membuang energi negatif kan? Tetapi, saya tidak mau berlarut-larut!
Saya harus bangkit, karena kehidupan
terus berjalan.
Thank you for everything. I’am
enough, I’am worthy. Cheers!
Dea Audia Santi